78. Malam Pertama

2.8K 74 5
                                    

Eshika benar-benar tidak tau apa yang tengah terjadi pada dirinya. Ia benar-benar merasa menjadi seorang gadis yang asing. Menjadi seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Dadanya bergemuruh riuh. Napasnya terasa lebih berat. Dan mendadak saja tubuhnya terasa panas.

Ini ... sebenarnya aku masih di Puncak atau di mana? Kok aku ngerasa gerah gini sih?

Dan selain merasakan keanehan pada fisiknya, ia pun menyadari bagaimana perasaannya mengalami hal yang aneh pula. Ia seperti merasakan dorongan yang tak mampu ia elak, untuk menarik Tama semakin mendekat padanya. Merapat erat di tubuhnya. Bahkan ia tak peduli ketika tarikan tangannya di leher cowok itu membuat Tama menjatuhkan diri tepat di atas tubuhnya.

Merasakan bobot tubuh Tama, membuat perasaan asing menyapa seluruh sensor di tubuh Eshika. Perasaan asing yang justru membuat ia semakin terpacu untuk ....

"Aaargh."

Eshika membeku. Sedikit menarik wajahnya ketika menyadari bagaimana tanpa sadar ia mengerang. Membuat ciuman mereka terputus.

Mata Eshika membuka. Menatap wajah Tama yang menaungi dirinya. Mata itu terlibat berkabut. Dengan napas yang terengah-engah.

"Tama ...."

Eshika mengernyit. Menyadari bahwa suaranya benar-benar menjadi berbeda saat itu. Ia meneguk ludah. Menarik napas dalam-dalam.

Di atasnya, Tama terlihat sama payahnya dengan dirinya. Bahkan wajah cowok itu terlihat mengeras.

"Ya?" tanya Tama. "Kamu nggak suka aku cium?"

Eshika hanya bisa menggigit bibirnya. "Nggak kok. Aku cuma merasa .... " Ia kembali meneguk ludahnya. "Aku ngerasa panas," lirihnya dengan dadá naik turun dengan gerakan yang begitu kentara.

Mata Tama menatap Eshika beberapa saat. "Kamu .... Kamu mau lepas jaketnya?"

Eshika mengangguk sedikit. "Aku kepanasan."

Tama kemudian mengangkat tubuhnya. Membiarkan Eshika untuk bangkit duduk. Sementara gadis itu menarik resleting jaketnya, maka saat itulah Tama berkali-kali meneguk ludahnya.

Ini Eshika maksudnya apa? Ini artinya ...?

Tama mengambil alih jaket ungu itu. Menyisihkannya ke atas nakas sejadinya. Dan ketika ia berbalik lagi, ia telah mendapati Eshika kembali berbaring. Kedua tangan gadis itu berada di depan dadá. Dengan kedua bola mata yang berputar-putar dengan resah. Tama menghampirinya. Berbaring menyamping dengan bertopang pada satu siku. Tangannya lantas membelai-belai rambut Eshika.

Eshika menoleh. Melihat bagaimana Tama yang menatapnya dengan penuh kelembutan. Tatapan yang seakan-akan mampu memasuki alam bawah sadarnya. Menyentuh hatinya. Dan menemukan cinta di dalam sana.

Tubuh Eshika kembali meremang. Di saat ia menyadari bagaimana Tama kembali perlahan-lahan mendekatinya. Dan di saat itulah Eshika mengingatkan dirinya. Untuk tidak mengeluarkan suara memalukan apa pun. Tapi ..., ia benar-benar tidak bisa bertahan.

Ketika bibir Tama kembali mencium dirinya. Mengecup kedua belah bibirnya dengan begitu lembut. Bergantian. Itu membuat Eshika benar-benar terlena. Ia tak mampu menahan desakan dirinya sendiri. Desakan yang membuat ia benar-benar merengkuh Tama. Menyambut dan mengerat pada cowok itu. Seakan dirinya benar-benar didesak oleh sesuatu yang tak bisa ia jelaskan itu apa.

Tangan Eshika terangkat. Dalam kebingungan di saat ia terombang-ambing dibuai perasaan yang memabukkan itu, tubuhnya seolah menuntun dirinya. Membuat Eshika meremas rambut Tama. Merasakan helaian-helaian lembut rambut cowok itu di sela-sela jari tangannya.

Lalu jantung Eshika pakai dipukul sesuatu saat telinganya mendengar suara erangan Tama. Yang hampir menyerupai suara yang ia keluarkan tadi. Tapi, entah mengapa di telinga Eshika suara itu terdengar begitu mendebarkan. Membuat satu perasaan senang menyeruak di dalam dadanya. Mendorong dirinya untuk semakin membuka diri dan menarik Tama kembali untuk menimpa dirinya.

Eshika merasakan napasnya benar-benar kacau. Terutama ketika ia menyadari bahwa Tama benar-benar begitu antusias mencium dirinya. Pagutan, lumatan, kecupan ..., semuanya silih berganti menggoda bibir Eshika. Menimbulkan bunyi-bunyi asing yang terdengar bagai musik di indra pendengaran gadis itu.

Lalu Eshika merasakan bibir Tama melepas dari bibirnya. Membuat gadis itu merasa kehilangan. Ia ingin memprotes, tapi saat bibir Tama yang hangat dan basah itu mengecup pipinya, Eshika menarik napas dalam-dalam. Sensasi yang ia rasakan tak jauh memabukkannya dengan ciuman di bibirnya.

Tama menyusuri setiap sisi wajah Eshika. Berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan menyisakan satu sentimeter pun tanpa ia sentuh. Lalu penjelajahannya berpindah ke rahang gadis itu. Perlahan turun dan seakan menerima instingnya, Eshika menengadahkan kepalanya. Membiarkan Tama lebih leluasa lagi mencicipi leher jenjang itu.

"Aaaah ...."

Tanpa sadar Eshika mendesah. Remasan tangannya semakin menguat. Namun, kemudian ia merasakan bagaimana kecupan Tama terhenti. Tepat di lehernya. Membuat mata Eshika lantas membuka.

Gadis itu membuka matanya. Merasakan napas Tama yang juga menderu kacau sama seperti dirinya.

"Esh ...."

Suara parau Tama terdengar berbisik di dekat telinga Tama.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maaf, khusus untuk adegan ini, karena hero dan heroine-nya masih SMA, dengan berat hati aku cut sampai di sini. Kalau mau baca full bisa cek di KaryaKarsa dengan judul Sekolah Tapi Menikah. Dengan nama akun: VMissv 😁

 Dengan nama akun: VMissv 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasiiiih :)

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang