14. Nyawa Yang Berpindah Tangan

1.2K 91 3
                                    

Pagi itu, Velly masih sibuk berselancar di dunia maya sekadar untuk mengecek gosip terpanas artis dalam dan luar negeri, rekomendasi skincare terbaru ala YouTuber ternama, hingga tertawa-tawa melihat insta story Farah Quinn dengan anaknya, ketika ia mendapati Eshika datang-datang dan duduk dengan mengembuskan napas panjang sepanjang jalan kenangan. Gadis itu dengan segera meletakkan ponselnya di atas meja. Menyambut kedatangan Eshika yang langsung mendaratkan wajahnya di atas meja. Wajahnya tampak kusut dan tak bertenaga. Seperti telah melalui hari-hari berat tanpa makan dan minum.

"Kok lesu?" tanya Velly penasaran seraya merapikan rambut panjang Eshika yang hari ini ia urai. "Keliatan kayak lagi bad mood gitu. Kenapa? Ada masalah apa?"

Lagi-lagi, Eshika mengembuskan napas panjang. Tanpa menggerakkan kepalanya, ia hanya melirik pada Velly melalui ujung ekor matanya. Ia berkata.

"Semalam ..."

"Ah!" Velly langsung memotong perkataan Eshika. "Abis jalan dengan Alex kan ya?" tanya Velly menggoda. "Kecapekan? Makanya keliatan lesu kayak gini?" Velly terkikik. "Emang kalian ke mana aja? Ngapain aja? Jalan sampe jam berapa?"

Untuk ke sekian kalinya, Eshika mengembuskan napas panjang. Terasa lelah. Tapi, kepalanya sedikit bergerak. Mengangguk dalam gerakan yang terlalu pelan, hingga nyaris tak kentara.

"Aku emang capek banget, Vel," katanya lirih. "Capek lahir dan batin." Eshika mengembuskan napas dalam-dalam.

"Eh?" Velly bengong. "Capek lahir dan batin?" Ia mengusap-usap pelipisnya. "Kalau capek lahir sih bisa masuk di akal aku. Mungkin kalian keliling ke mana-mana gitu kan. Tapi, kalau capek batin?" Dahi Velly berkerut. "Emangnya kenapa?"

Mata Eshika terpejam. Napas panjangnya kembali mengembus. Ia benar-benar tidak tau harus mengatakan apa pada Velly. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri di depan sahabatnya karena kejadian semalam.

"Esh ...."

Satu suara membuat mata Eshika yang terpejam sontak terbuka nyalang. Entah mengapa, tapi mendadak saja ia merasa merinding seluruh badan. Tanpa ia sadari, tubuhnya bangkit dan menegang.

"Alex ...."

Alex menarik satu kursi kosong untuk duduk di dekat meja Eshika. Wajahnya tampak menyiratkan kekhawatiran.

"Gimana kemaren? Mami kamu nggak marah kan?"

Velly menatap Eshika dan Alex bergantian. "Ehm ... ma ... rah?" Velly bertanya dengan gagap. Lalu, matanya melotot. "Kamu balik jam berapa, Esh?"

"Eshika balik sangat malam sampe-sampe aku yang kena omel Mami!"

Ketiga wajah langsung melihat ke sumber suara. Tama tampak muncul seraya menunjukkan layar ponselnya. Di sana tertera riwayat panggilan dari Popi selama sepuluh menit, setelah panggilan tak terjawab sebanyak enam kali.

Mereka bertiga terdiam. Hanya Tama yang tampak menatap tajam pada Eshika. Ia mengancam.

"Esh ..., jangan lupa yang dibilang Mami kemaren ya. Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana tanpa aku."

Mata Velly berkedip-kedip. "I-ini ... ada apa ya?"

Tama beralih pada Alex. "Kamu enak-enakan kan ngajak anak gadis orang jalan sampe malam," sengit Tama. "Tapi, yang kena omel justru aku."

Alex tampak menggertakkan rahangnya. "Aku bisa ngomong baik-baik ke Mami Eshika."

"You should," kata Tama mendesis. "Seharusnya sebelum ngajak Eshika pergi. Bukan setelah dia dan aku kena omel sampe telinga ini mau copot."

Alex mengangguk. Berusaha tersenyum seraya bangkit dari duduknya. Ia berkata.

"Tenang aja. Lain kali aku bakal dulu ke Mami Eshika. Kamu nggak usah khawatir."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang