27. Apa Ini Cinta?

1.1K 88 1
                                    

Bel tanda jam istirahat pertama baru saja berbunyi. Semua murid tampak berseru kegirangan mendengar bel itu. Tampak bersemangat untuk menuju ke kantin. Tapi, Eshika sepertinya tidak bersemangat seperti teman-temannya yang lain. Yah, lagipula itu cewek memang tampak tidak bersemangat seharian ini. Terutama ketika jam pelajaran Bahasa Indonesia tadi. Kebetulan karena mereka mendapat tugas untuk membedah satu cerita, hasilnya pikiran Eshika bebas untuk melanglang buana ke mana-mana.

Tentu saja, bisa dikatakan hampir 100% pikirannya sekarang tertuju pada Tama. Apalagi sejak perkataan Velly tadi pagi, seketika saja membuat ia tak tenang hati.

Nggak mungkin kan?

"Kok lesu, Esh?"

Eshika menoleh ketika mendapati Alex menghampiri dirinya. Gadis itu mencoba tersenyum tipis. "Nggak apa-apa kok, Lex."

"Ehm ...." Alex bersidekap. "Kalau aku perhatiin. Akhir-akhir ini kayaknya kamu sering banget keliatan kayak banyak pikiran gitu."

Velly menyeletuk membenarkan perkataan Alex. "Emang! Semingguan ini muka dia keliatan lebih banyak suntuk dari pada happy-nya."

Eshika mengembuskan napas pendek.

"Kamu sebenarnya lagi ada masalah?" tanya Alex. "Iya?"

Eshika menarik napas panjang, tapi ia menggeleng. "Nggak ada masalah apa-apa kok."

Velly mengusap pundak Eshika. "Ntar kalau kamu udah yakin mau cerita," katanya. "Ya cerita aja."

Eshika diam, tak menanggapi perkataan Velly.

"Eh!" kata Alex kemudian. "Tadi kan kita masih ada tugas Bahasa Indonesia tuh. Buat bedah novel terbaru. Karena ini hari Jum'at dan kita pulang cepat, gimana kalau kita hunting Gramedia. Jalan sekalian nyari buku buat tugas Bahasa Indonesia itu."

"Wah!" Velly berseru. "Bener juga tuh. Sekalian kita udah lama nggak jalan bareng-bareng gitu kan ya?"

Alex mengangguk. "Gimana, Esh? Mau?" tanya Alex berharap.

Kali ini Eshika menarik napas panjang. Entah sadar entah tidak, tapi ia menoleh ke belakang. Ke arah bangku Tama yang kosong. Dan tatapannya justru membentur Reki. Teman Tama itu mengangkat tangannya. Melambai dengan senyum bingung pada Eshika. Membuat gadis itu hanya mengedipkan mata sekali pada Reki.

"Kenapa?" tanya Alex seraya mengikuti arah pandang Eshika ke belakang. Dan wajahnya berubah ketika melihat ke mana Eshika memandang. Ke kursi Tama.

Eshika mengembuskan napas panjang. Melihat Alex dan Velly bergantian, lalu berkata.

"Kalau kalian mau pergi jalan, ya pergi aja. Tapi, kayaknya aku nggak ikut deh."

"Kenapa?" tanya Velly.

Malas. Tapi, Eshika tetap menjawab. "Soalnya Tama nggak masuk."

Mendengar jawaban Eshika, sontak membuat Velly dan Alex saling bertukar pandang. Keduanya terlihat syok dengan jawaban Eshika.

"Ehm ...." Velly mendehem dengan raut yang tak enak. Dan itu tentu saja karena Alex yang kemudian terlihat berbeda raut wajahnya. "Kan kita nggak perlu ngajak Tama juga, Esh."

Eshika melihat Velly. "Kamu lupa? Sekarang ini peraturan kalau aku mau pergi ke mana-mana itu harus ada Tama."

"Ups!" Velly menepuk dahinya. "Aku baru ingat. Kemaren gara-gara tragedi malam itu ya?"

Ups!

Kali ini Velly menutup mulutnya. Matanya melihat ke arah Alex yang dan menyadari perkataannya semakin membuat cowok itu salah tingkah. Dan itu membuat Velly merasa bersalah.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang