19. Masuk Dalam Perangkap

1.2K 85 3
                                    

Eshika menyimak pelajaran dengan tak tenang. Terutama ketika melihat balasan dari pesan yang ia kirimkan pada Tama beberapa saat yang lalu.Tanpa sadar menggigit bibir bawahnya dari tadi, Eshika memegang penanya dengan sedikit lebih kuat dari biasanya.

Tama nggak mungkin diare gara-gara gorengan cabe rawit setán kemaren kan?

Nahas.

Eshika berusaha untuk mengelak dan membela diri sendiri, tapi bagaimana pun juga logika Eshika dengan segera mematahkan kemungkinan itu. Sudah terang ia yang mengerjai Tama, masih ingin menyangkal?

Menarik napas dalam-dalam, Eshika lantas bertanya-tanya.

Apa aku keterlaluan ya?

Gadis itu menggeleng.

Dulu Tama juga pernah ngerjain aku pake cabe rawit coba.

Tapi ....

Saat itu Eshika nyaris tidak meneguk seteguk pun sambal yang Tama masukkan ke botol air minumnya. Ia dengan segera membuang sambal yang masuk ke dalam mulutnya.

Sedangkan Tama ....

Aku dengan jelas mengancam akan mengadukan dia ke Mama kalau dia nggak ngabisin gorengan itu. Dan dia benar-benar ngabisin semuanya.

Eshika semakin menggigit bibirnya.

Gimana ceritanya perut Tama bisa nggak sakit?

Dan pada akhirnya, sepanjang pelajaran Eshika benar-benar tidak konsentrasi. Matanya terus saja melihat ke pintu. Benaknya menimbang-nimbang. Lalu, ia beranjak dari kursinya.

Eshika menghampiri Bu Ida yang sedang duduk di kursinya.

"Bu, saya permisi ke toilet sebentar."

Bu Ida mengangguk.

Tanpa basa-basi, Eshika segera keluar. Tapi, tentu saja bukan ke toilet. Melainkan ke UKS. Ketika gadis itu tiba di depan pintu UKS terdengar suara dari dalam sana.

"Kamu abis makan apa, Tam?"

Bu Yanti, pikir Eshika. Lagi meriksa Tama ya?

"Pasti kebanyakan makan cabe kan?"

Terdengar lagi suara Bu Yanti.

"Ehm ...."

Hanya deheman yang Tama suarakan. Cowok itu tak mengatakan apa pun.

Di tempatnya berdiri, Eshika tertegun.

Argh! Ini memang gara-gara aku. Kayaknya kali ini aku udah kelewatan deh.

"Eshika?"

Suara Bu Yanti menyadarkan Eshika dari lamunannya. Gadis itu mengerjap mendapati Bu Yanti yang telah selesai memeriksa Tama tampak bengong melihat dirinya di depan pintu. Satu kakinya di dalam, sedangkan kaki lainnya di luar. Sekilas, Eshika bisa melihat Tama yang berbaring tampak kaget melihat dirinya.

"Eh ..., Ibu ...."

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Bu Yanti. "Kamu sakit juga?"

Dengan cepat Eshika geleng-geleng kepala. "Nggak kok, Bu."

"Terus?"

Eshika meneguk ludahnya. Memikirkan jawaban untuk pertanyaan Bu Yanti.

"Itu ... Mama Tama tadi nelepon," jawab Eshika berdusta. "Mau tau keadaan Tama."

"Oh." Bu Yanti menoleh ke Tama. "Keadaannya ya kayak gitu. Masih meringis. Bolak balik toilet," kata Bu Yanti. "Lihat aja."

Dengan langkah kaku, Eshika masuk. Menghampiri Tama yang terbaring. Matanya mengerjap-ngerjap melihat cowok itu.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang