58. Kecurigaan

953 69 2
                                    

Argh!

Alex ini emang sialan!

Sebangsa cowok terlahir tanpa urat malu kayaknya!

Norak banget pake acara maksa-maksa Eshika kayak gitu.

Cih!

Padahal udah kena tolak sampe dikasih doorprize tamparan di pipi juga, eeeh ... ternyata masih bertingkah ya?

Tama uring-uringan lagi dong siang itu.

Astaga!

Mengapa cobaan pernikahan seberat ini, Tuhan?

Tunggu.

Pasangan suami istri yang lainnya juga dapat cobaan kan ya? Bukan cuma aku dan Eshika aja kan yang dapat cobaan terus menerus kayak gini?

Kalau nggak, berarti emang sial banget deh aku.

Tama tanpa sadar menggeram.

Tapi, aku beneran nggak bohong loh ya, Lex. Kalau mau ngerasain kemarahan suami sah, boleh juga. Coba aja kamu ntar macam-macam.

Tama sudah bertekad.

Apa pun yang terjadi, ia akan mengerahkan kekuatan luar dalamnya untuk menjaga Eshika dari godaan Alex yang terkutuk.

Aamiin.

"Kamu kenapa, Tam?"

Satu suara lembut yang bertanya pada dirinya seketika membuyarkan lamunan menegangkan yang menguras emosi Tama. Ia menoleh dan mendapati Eshika bertanya dengan raut wajah penasaran.

Saat ini, mereka berdua tengah berjalan di koridor. Diskusi kelas mereka mengenai rencana jalan-jalan ke Puncak telah selesai beberapa saat yang lalu. Namun, selepas itu mereka tidak langsung pulang. Eshika dengan sengaja berdiam diri terlebih dahulu untuk menunggu kelas dan sekolah sedikit lebih sepi sebelum pada akhirnya mengajak Tama untuk pulang. Bagaimanapun juga, ternyata Eshika tidak ingin kembali menjadi pusat perhatian seperti pagi tadi.

Itu terasa memalukan bagi gadis itu. Menjadi pusat perhatian membuat Eshika resah.

"Wajah kamu kayak yang mendadak kelihatan bete gitu," lanjut Eshika seraya sedikit melongokkan wajah untuk bisa melihat lebih dekat wajah Tama di sebelahnya. "Kenapa? Lagi bad mood sama siapa?"

Tama manyun. Membuang wajahnya ke arah lain. "Apaan sih ...."

"Ehm ...." Eshika mendehem pelan. Berpikir dan merasa tau penyebab Tama mendadak seperti ini. "Kamu marah ya gara-gara aku mau ikut ke Puncak?"

Tama dengan segera memutar wajahnya lagi. Menghadap Eshika. Langsung saja ia menukas. "Tuh tau. Kenapa masih pake acara nanya lagi?"

"Aku minta maaf, Tam."

Tama terdiam seraya mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya. Dari kejauhan ia menekan smartkey itu dan ketika mereka sampai, kuncil mobil telah terbuka. Mereka pun masuk.

Sembari memasangkan sabuk pengamannya, Eshika kembali berkata. "Tapi, makasih ya."

"Makasih?" tanya Tama.

Makasih buat apa?

Karena memberikan peluang untuk Alex biar bisa mendekati kamu lagi? Wah! Kalau iya, kamu emang patut banget ngucapin makasih ke aku, Esh.

Eshika tersenyum. "Kamu udah khawatir sama aku. Aku nggak ngira aja kalau kamu kenal banget sama aku. Sampe aku yang rentan cuaca dingin pun kamu ingat."

Ah! Sudah deh.

Emosi yang meletup-letup di dadá Tama seketika saja menjadi percikan warna warni kembang api. Tanpa sadar, senyum malu-malu terbit di bibir Tama. Ia berusaha mendehem demi menahan senyumnya agar tidak tambah lebar seiring waktu.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang