59. Kencan Dadakan

987 67 1
                                    

"Kayaknya gimana kalau kita makan dulu, Esh?" tanya Tama ketika mereka baru saja memasuki Mall Taman Anggrek. Ia menoleh demi bisa melihat wajah Eshika yang berjalan di sebelahnya. "Kita belum makan siang deh. Aku khawatir kalau ntar kamu sakit lagi loh. Kan kamu baru mau baikan."

Perkataan Tama langsung membuat Eshika mencibir. Ia balas menatap Tama dengan sorot geli di bola matanya yang bening. Sedikit menampilkan tatapan menyelidik. "Bilang aja kalau kamu yang laper kan ya? Pake acara alasannya aku lagi."

Tama tergelak mendengar tudingan Eshika pada dirinya. Akhirnya, cowok itu memilih untuk jujur apa adanya. "Iya dong aku lapar. Jadi, mendingan sekarang kita cari makan bentar deh daripada aku kelaparan dan terus justru mau makan kamu."

Eh?

Tadi aku ngomong apa?

Semacam ada lapar dan mau makan Eshika ya?

Astaga, Tuhan!

Ini mulut!

Tama dan Eshika sama-sama mengerjapkan mata mereka dengan salah tingkah.

"Ehm ... maksudnya daripada kamu ntar masuk angin lagi." Tama mendehem, terasa ingin menampar mulutnya sendiri. "Ma-mau makan apa, Esh?"

Eshika melihat-lihat ke sekeliling. "Terserah kamu deh, Tam."

Tama dengan sekejap mata langsung menoleh pada Eshika kembali.

Ehm ....

Terserah . ...

Jawaban yang bernilai tidak didefinisikan.

Tama menarik napas sekali. "Mau makan kue? Donat? Semacam pasta? Atau justru soto?"

Eshika tampak berpikir.

"Kamu mau makan apa?" tanya gadis itu kembali.

Wah wah wah.

Akhirnya percakapan aku dan Eshika memang sudah memasuki tahapan yang makin serius. Di mana perdebatan menentukan menu yang akan dimakan menjadi hal yang lebih alot dibandingkan dengan menentukan barang kebutuhan untuk sebulan di rumah.

Tanpa sadar, Tama tergelak kecil.

"Kenapa, Tam?" tanya Eshika bingung seraya menghentikan langkah kakinya.

Tama menggeleng. Memilih untuk memendam kenyataan satu itu untuk dirinya sendiri.

Akhirnya, aku merasakan juga apa yang cowok-cowok lain rasakan. Hahahaha.

"Udah deh," kata Tama kemudian ketika menyadari bahwa perdebatan seperti itu tidak akan berujung. Akhirnya hanya ada satu, cowok harus berusaha menerka makanan apa yang akan mereka makan berdua. Dan semoga saja Tuhan menolong agar dia bisa memilih menu yang tepat. Tapi, sedikit sulit mengingat Eshika ini tipe cewek yang benar-benar pemakan segalanya.

Tama menarik napas dalam-dalam. Mengingat kebiasaan Eshika.

Kapan hari dia makan pindang, terus dia makan pizza. Eh, ada hari itu Eshika minta sate madura, tapi pas jalan-jalan dia malah ngajak makan ayam goreng. Dan kemaren ini cewek malah minta makan mie ayam ...

Tunggu!

Benak Tama berpikir.

Ini sepertinya ada rumusnya loh ya.

Ini materi Matematika ya?

Penalaran umum atau bukan sih?

"Tam ...?" tanya Eshika kemudian.

Tama menyipitkan matanya menatap Eshika. Masih berpikir demi menentukan menu makan siang mereka layaknya sedang memecahkan misteri kasus Sherlock Holmes. Lantas, beberapa menit kemudian Tama tersenyum.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang