45. Bad Mood

1.3K 76 3
                                    

Eshika mengunyah sarapannya dengan perasaan terheran-heran dan bingung. Setelah ia minum, ia bertanya pelan pada Tama.

"Mie tumisnya nggak enak ya, Tam?"

"Enak."

"Ada yang kurang?"

"Nggak."

"Sesuai rasanya dengan selera kamu?"

"Iya."

"Mau tambah lagi?"

"Nggak."

"Atau ..."

Tama bangkit. "Aku duluan, Esh. Tinggalin aja biar ntar aku yang nyuci piring."

Eshika melongo.

"Bye."

Eshika terbengong-bengong melihat Tama yang tanpa kata-kata langsung bergegas meraih tas ranselnya dan pergi dari dapur. Meninggalkan Eshika sendirian yang bingung.

"Itu anak kenapa?" tanya Eshika seraya membereskan piring sisa mereka sarapan. "Kok mendadak yang kayak bad mood gitu?"

Mencuci tangannya, Eshika semakin bertanya-tanya.

"Padahal kemaren dia baik-baik aja. Terus kenapa sekarang uring-uringan? Apa dia lagi ada masalah?"

Dan tentu saja Tama uring-uringan. Walau pada dasarnya seharusnya Tama merasa lega karena telah berhasil mengeluarkan desakan biologisnya, tapi ya tetap saja. Mimpi yang ia alami seolah makin mempertegas Tama bahwa ia benar-benar sedang tergoda oleh Eshika. Dan itu membuat Tama tersiksa.

Tama berdecak kesal seraya memukul kemudi mobilnya.

"Argh!"

Cowok itu menggeram menyadari situasinya saat ini.

Gila aja!

Gimana ceritanya aku bisa nahan diri aku terus kalau tiap saat aku harus ketemu dia? Aku dan dia tinggal satu rumah.

Ya Tuhan.

Tama menarik napas dalam-dalam.

Karena ya mau gimana lagi ngomongnya. Otak aku secara logika tau kalau Eshika itu istri aku. Di mana ceritanya ada suami yang nggak tergoda sama istri sendiri? Mana istrinya kayak yang lagi mancing-mancing lagi akhir-akhir ini.

Aduh!

Ini Eshika juga kenapa akhir-akhir ini kelakuannya yang macam-macam. Dari mendadak tidur di kamar aku, minta diambilkan pakaian dalam, eh, terus malah tidur di pelukan aku. Ya mikir aja deh. Gimana ceritanya ini si adek nggak merasa dibangunin?

Kali ini Tama menggeram seraya meremas kemudi dengan kedua tangannya saking frustrasi dirinya saat itu.

Kalau aku khilaf gimana? Kalau aku sampe beneran nyerang dia gimana?

Aku nggak bakal kuat nahan ini setiap saat.

Tama meringis.

Lalu, mendadak saja satu pemikiran melintas di benaknya.

Kalau aku nanya pelan-pelan ke dia gimana ya?

Tama membeku.

Geleng-geleng kepala mengusir pemikiran itu.

Diliat dari karakter Eshika, bisa aku pastikan. Sebelum selesai aku nanya, udah berpulang ke pangkuan Sang Pencipta aku mah. Nggak salah lagi. Beneran tewas di tempat aku.

Tama menarik napas dalam-dalam. Tanpa sadar ia melihat ke bawah. Ke arah selangkangannya.

Aku tau penderitaan kamu kayak gimana.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang