75. Perjalanan

852 67 0
                                    

Tama memeriksa travel bag-nya sekali lagi. Memastikan bahwa semuanya telah ia masukkan. Terutama benda yang paling berharga sedunia akhirat itu. Ia tidak ingin ia justru lupa membawa benda itu mengingat besok adalah ulang tahun Eshika. Bisa gagal total rencananya kalau sampai melupakan hadiah itu.

"Sreeet."

Tama menarik resleting dan lalu mengacak nomor kunci travel bag-nya. Benar-benar memastikan bahwa travel bag-nya akan aman selama di Puncak nanti. Dan setelahnya, barulah Tama mengambil syal miliknya. Mengalungkan benda itu seadanya di leher agar tidak terlupa untuk dibawa. Baru Tama keluar dari kamar.

Ia langsung menuju ke kamar Eshika yang pintunya sudah terbuka. Melihat Eshika yang baru saja sudah selesai bersiap. Gadis itu melihat kedatangan Tama.

"Berangkat sekarang?" tanya Eshika.

Tama mengangguk. "Aku tadi udah nelepon Mami. Jadi sekarang kita mampir dulu ke rumah Mama ya?"

"Oke. Oh iya, tadi aku juga udah ngecek unit kok. Air, gas, semuanya udah aman." Sekilas Eshika melihat jam. "Udah jam dua, Tam. Kira-kira kita ntar sampe jam berapa ya?"

"Mudah-mudahan aja nggak terlalu macet. Siapa tau sebelum jam enam kita udah sampe."

Eshika mengangguk.

Tama meraih travel bag milik Eshika. Membawa kedua travel bag itu di masing-masing tangannya. Bersamaan mereka keluar dari unit.

Tama menghampiri Inayah. Memberitahukan pada resepsionis itu bahwa mereka akan pergi selama dua malam ke Puncak.

"Selamat liburan Mas Tama dan Mbak Eshika," kata Inayah seraya tersenyum pada mereka dengan mengepalkan kedua tangannya.

Eshika tersenyum kaku. Ketika Tama mengajaknya ke parkiran, Eshika bersuara.

"Kok aku ngeliat Mbak Inayah tadi agak beda ya? Ngeliatin kita agak gimana gitu."

"He he he." Tama tertawa kaku.

Dan sebenarnya bukan hanya Eshika yang merasakan itu, melainkan Tama juga. Bisa dipastikan Inayah tentu berpikir ke mana-mana ketika Tama mengatakan mereka berdua akan liburan.

Ck.

Dasar.

Mobil Tama melaju sekitar lima menit kemudian. Dengan begitu sengaja Tama sedikit menaikkan kecepatannya dibandingkan dengan biasanya. Bermaksud agar lebih cepat sampai di rumah orang tuanya.

Sekitar jam setengah tiga lewat tiga menit, mereka berdua kemudian sampai di rumah orang tua Tama.

Mawar geleng-geleng kepala. "Mentang-mentang Mama bilang suruh mampir ke rumah sebelum berangkat, Tam ..., eh kamu beneran cuma mampir doang?"

Tama dan Eshika cengar-cengir.

Tama menjawab. "Ya mau gimana lagi, Ma. Tugas sekolah juga lagi banyak-banyaknya makanya kami nggak bisa nginap di sini. Ini juga kami nggak bisa mampir lama. Takut ntar kemalaman di jalan, kasihan Eshika."

"Ih. Selalu Eshika yang dijadikan alasan." Mawar melirik Eshika. "Hati-hati di jalan ya, Esh."

Eshika mengangguk. "Iya, Ma."

Setelah berpamitan, keduanya pun langsung meninggalkan rumah itu. Ketika mobilnya meninggalkan pelataran rumah orang tuanya, ia melirik Eshika seraya berkata.

"Ini ntar kita mampir ke SPBU, kamu jajan camilan ya."

"Uh ... kamu baik banget, Tam."

Tama tergelak. "Dasarnya aku ini emang baik loh."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang