50. Logika Yang Tak Berjalan

958 70 0
                                    

[ Rekiii ]

[ Ternyata Alex masih suka ke Eshika, Tam. ]

Pesan dari Reki masuk tepat ketika Tama baru saja selesai memasak dua bungkus mi rebus.

Masakan instan itu ia masak dengan telor dan juga beberapa ekor udang. Dicampur pula dengan beberapa lembar sayur sawi yang ia potong-potong dengan ukuran yang relatif sama panjang. Cowok itu dengan hati-hati menuang mi rebus tersebut ke sebuah mangkok dan menyajikannya dengan satu telur ceplok setengah matang. Sebagai pelengkap, Tama tak lupa menaburkan bawang goreng di atasnya. Ditemani oleh sebotol air soda yang ia beli beberapa malam yang lewat, Tama bersiap untuk menikmati makan siangnya.

Ia sudah duduk melantai seraya menyalakan televisi kembali. Tama bertekad, pokoknya apa pun tayangan televisi yang ia dapatkan pertama kali di saat menyalakan benda itu, maka itulah yang akan ia tonton sampai selesai makan. Tapi, ketika televisi baru menyala, pesan dari Reki membuyarkan semuanya.

Sendok di tangan Tama terjatuh kembali di atas mangkok. Berdenting dan lalu justru jatuh di atas meja. Cowok itu melihat video rekaman itu dengan saksama dan tanpa kedip sedikit pun. Tenggorokannya tampak naik turun dengan cepat. Napasnya seolah memanas seketika. Dan sejurus kemudian, ia justru mengumpat.

"Sialan!"

Tama bangkit.

Tak menghiraukan mi instannya yang mulai mengembang atau televisi yang mulai mengoceh. cowok itu masuk kembali ke kamarnya.

Memilih untuk tidur kembali.

*

Reki mendehem pelan berulang kali melihat kolom pesan Tama di ponselnya. Penasaran karena tidak mendapatkan balasan dari cowok itu.

"Ehm ... aneh," gumamnya penasaran. "Kenapa nggak dibalas ya sama itu anak?"

Heri datang, menepuk pundaknya seraya memperbaiki letak tas ranselnya. Tadi ketika berniat untuk langsung pulang setelah bel pulang berbunyi, Heri justru mendapati Reki yang bergeming di mejanya. Padahal Reki biasanya adalah anak yang paling bersemangat menyambut bel pulang sekolah.

"Siapa yang nggak balas pesan kamu? Cewek?"

Reki dengan segera keluar dari aplikasi Whatsapp. Ia melirik tajam. "Mana ada ceritanya ada cewek yang nggak balas pesan aku."

Bima yang datang mendadak terkesiap. "Sial! Ternyata yang nggak ngebalas pesan Reki itu cowok!"

Muram, tapi Reki mengangguk. "Memang," jawabnya tanpa sadar.

Mendengar jawaban spontan Reki, langsung saja Heri dan Bima saling bertukar pandang dengan ngeri. Membuat mereka bergidik dan tak bersuara lagi. Lalu beberapa detik kemudian, Reki seolah baru menyadari apa makna dari jawabannya. Ia mengumpat.

"Sial! Aku ini nungguin balasan dari Tama!"

Heri dan Bima sontak tertawa-tawa.

"Aduh! Kirain ya kan."

"Hahahaha. Emang kamu ngirim pesan apa ke dia?"

Mendesah, Reki tidak menjawab. "Nggak sih. Cuma nanyain dia sakit apa kali ini. Tama kan sebenarnya bukan tipe orang yang suka bolos."

"Bener," aku Bima. "Dia nggak pernah mau melewatkan satu hari pun di sekolah untuk tebar pesona ke seluruh cewek di sini."

"Plak!"

Reki menepuk dahi Bima. Mendelik.

"Tama sekarang udah tobat ya," kata Reki. "Nggak liat tu udah seminggu ini dia nggak ada pacaran sama siapa pun?"

Mengusap dahinya, Bima manggut-manggut. "Bener juga sih."

"Boro-boro pacaran, Tere aja yang nawarin diri ditolak berkali-kali---ups!" Heri menutup mulutnya, tepat ketika Tere melewati mereka.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang