Mawar bersidekap. Mondar-mandir seraya mengamati bagaimana Tama dan Eshika sama-sama menundukkan wajah sedalam-dalam yang mereka bisa lakukan. Wajah keduanya memerah hingga ke telinga. Rasa malu yang sedang mendera mereka sudah tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata lagi. Pokoknya mereka malu setengah mati.
"Mama sih ya wajar kalau kemaren Mama ngeliat kalian tidur sambil pelukan."
Glek.
Keduanya meneguk ludah. Seolah menyadari bahwa mereka akan segera diinterogasi oleh Mawar.
"Ya ... karena saat itu kan pagi ya. Jadi karena tidur malam kalian jadinya pagi-pagi udah dalam posisi saling berpelukan."
Eshika menggigit bibir bawahnya. Sedangkan Tama memejamkan matanya dengan dramatis.
"Lah kalau yang tadi?" tanya Mawar menghentikan langkah kakinya. Tepat di hadapan keduanya. "Sekarang masih sore gini."
"Mama!!!"
Mereka berdua kompak menjerit.
Mawar melambaikan satu tangannya di depan wajah.
"Bentar bentar bentar." Mawa menginterupsi Tama dan Eshika yang terlihat ingin bicara. "Dengarkan dulu apa yang mau Mama bilang."
Tama dan Eshika kompak sama-sama menutup mulut mereka.
"Seperti yang Mama bilang kemaren, itu hak kalian. Karena ya ... kalian kan udah nikah. Wajar sekali kalau kalian mau ..."
Tama dan Eshika mengerjap-ngerjapkan mata dengan menahan napas di dada.
"Mau ... mau ..." Mawar meneguk ludahnya. "Mau lebih dekat satu sama lain."
Fyuh!
Mawar senang bisa menemukan kata-kata yang lebih halus sore itu. Begitupun Tama dan Eshika, setidaknya merasa lega karena Mawar tetap memperhatikan rasa malu mereka yang semakin menjadi-jadi.
"Tapi ...." Mawar menatap Tama. "Kamu udah nyiapin yang Mama bilanging kemaren, Tam?"
"Ma!" Tama menjerit dengan malu. Tau dengan pasti maksud perkataan Mawar. "Please. Tadi itu kami nggak sengaja."
"Nggak sengaja nggak sengaja," kata Mawar geram. "Dari kemaren bilangnya nggak sengaja nggak sengaja terus. Nggak sengaja aja gini, terus sengajanya gimana?" Mata Mawar mendelik. Membuat Tama ciut seketika.
"Lagipula ...," lanjut Mawar seraya mengangkat tangannya. "Kalian kalau mau manja-manjaan, kenapa pintu nggak ditutup?"
"Mama ...."
"Kalian nggak mau ngasih tontonan gratis ke semua orang di rumah ini kan?"
Glek.
Kali ini wajah keduanya menunjukkan kengerian yang sama. Seolah baru sadar bahwa dari tadi pintu kamar itu terbuka. Kemungkinan bahwa ada satu dua orang asisten rumah tangga yang melihat mereka berdua dalam keadaan seperti itu, sontak saja membuat jantung mereka berdegup tidak karuan.
"Nah nah nah kan!" Mawar memandangi mereka dengan geregetan. "Makanya itu. Ya ampun, Tama!"
Tama terlonjak.
"Coba kalau kamu mau ngapa-ngapai istri kamu, itu pintu ditutup dulu. Kalau perlu dikunci atas bawah."
"Ma .... Ma ...." Tama mendadak merasa paru-parunya sudah tidak bisa bekerja lagi.
Mawar geleng-geleng kepala. "Kamu kayaknya perlu banyak belajar deh, Tam."
"Belajar?"
"Iya." Mawar mengembuskan napas panjang. "Ntar kalau Papa udah pulang, kamu tanya-tanya ke Papa gih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomanceJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...