28. Tanpa Sadar

1.3K 74 0
                                    

"Ngapain Mama Tama tadi datang, Esh?" tanya Velly ketika Eshika baru saja sampai di meja mereka.

Tadi, ketika Eshika tengah berbicara dengan Mawar, Velly dan Alex yang telah selesai menyantap jajanan mereka di kantin akhirnya memutuskan untuk kembali duluan ke kelas. Selain tidak enak karena mengisi meja kantin yang seharusnya bisa digunakan oleh siswa lainnya, mereka berdua pun tidak tau akan selama apa Eshika dan Mawar bicara. Dan yah, terbukti. Mereka bicara juga tidak sebentar. Beruntung sekali mereka memutuskan untuk kembali ke kelas duluan. Lagian kan kalau jam istirahat, kantin itu jadi sesak dengan siswa yang jajan. Berebut oksigen bisa buat orang susah napas loh.

"Kan si Tama lagi nggak sekolah. Ada perlu sama kamu?"

Eshika mengangguk sekilas. Duduk di kursinya. "Cuma ngobrol sebentar aja sih. Nggak ada yang penting juga. Ya ngomong soal keadaan Tama."

Padahal kan terang saja kedatangan Mawar bukan tentang keadaan Tama sama sekali. Ehm ... atau memang tentang keadaan Tama ya? Tapi, yang pasti bukan tentang sakitnya.

Tadi, sesuai dengan yang Tama bilang ke Eshika lewat pesan WA mengenai tujuan Mawar datang menemui dirinya, Eshika mendapati bahwa hal itu memang benar adanya. Mawar ya meminta maaf dan meluruskan kekeliruan dengan Eshika. Ia berusaha meyakinkan gadis itu bahwa ia sama sekali tidak berpikiran macam-macam tentang Eshika. Padahal di dalam hati, Mawar sih berusaha menahan tawanya. Melihat wajah Eshika yang kaku tegang justru membuat ia merasa berdosa dengan cara yang lucu.

Sebenarnya, Mawar benar-benar menyadari. Yang salah di saat itu adalah dirinya. Ia yang tidak sopan asal masuk ke kamar anaknya. Lagipula kan wajar Eshika dan Tama tidur bersama. Apalagi Tama berhasil meyakinkan dirinya kalau mereka tentu masih bisa berpikir secara logis.

Tapi, yang namanya perempuan, apalagi seperti Eshika, ia pasti khawatir dicap sebagai cewek tidak tau malu karena bisa-bisanya tidur bersama cowok itu. Dan Mawar sendiri menyadari, ia tidak ingin kejadian pagi itu membuat hubungan antara mereka berdua menjadi tidak nyaman. Bagaimanapun juga, Mawar sudah sangat menyayangi gadis itu layaknya anaknya sendiri.

Velly angguk-angguk kepala. "Oh ... cuma itu?"

"Ehm ...." Eshika mendehem. "Iya ... cuma itu."

"Oh ..." Velly manggut-manggut.

"Ting!"

Eshika segera merogoh ponselnya. Velly melirik, tapi Eshika sedikit menggeser duduknya ketika membuka ponselnya. Ada pesan dari Tama.

[ Tama ]

[ Mama udah ke sekolah kan? ]

[ Udah ketemu? ]

Eshika tersenyum kecil. Mengetik balasan untuk pesan Tama.

[ Tama ]

[ Udah. ]

[ Barusan aja Mama balik. ]

Eshika segera mengirim pesan balasan itu. Dan ketika itulah mendadak sesuatu melintas di benaknya.

Sejak kapan aku dan Tama jadi rutin kirim pesan kayak gini?

Jari jempol Eshika dengan segere men-scroll up pesan antara dirinya dan Tama. Dan ia tertegun. Setelah mereka menikah, Eshika baru menyadari bahwa mereka jadi rutin berkirim pesan. Walau di awal-awal mereka lebih sering berkirim pesan dengan nuansa buruk, tapi yah tetap aja itu berkirim pesan.

Glek.

Dan kalau mau disadari ...

Kenapa aku dan Tama ngirim pesannya jadi berubah gini? Seperti yang ada aroma-aroma perhatian kayak gitu nggak sih?

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang