"Ngeliatin apa sih di ponsel, Tam? Serius amat. Kayak yang jadi nggak peduli lagi sama orang di sekitar," celetuk Reki seraya meletakkan jus jeruknya di atas meja sementara ia meraih kursi milik siswa lain dan duduk di depan Tama.
"Ehm ...." Tama mendehem seraya masih berfokus pada ponselnya. "Ngapain juga aku peduli sama orang sebangsa kamu? Nggak penting banget. Ya mending aku ngeliatin ponsel aku dong. Lebih bermanfaat dan nggak nambah-nambahin dosa aku aja yang pastinya."
Reki melongo. Lalu, merasa kesal. Maka akhirnya Reki merebut ponsel Tama hingga cowok itu mendelik padanya.
"Ya ampun ini anak," geram Tama seraya bangkit dari duduknya. "Bisa nggak nganggu orang nggak sih? Lagi serius juga. Bikin ulah aja bisanya. Orang udah gede juga."
Reki dengan cepat melarikan diri seraya melihat ponsel Tama. Namun, tak lama. Langkah kakinya mendadak berhenti. Tidak lagi mencoba melarikan diri dari Tama. Ia terlihat bingung. "Aku pikir berapa hari ini kamu nonton video meśum di ponsel."
Tama mendelik dan merebut ponselnya dari tangan Reki. "Sembarangan aja kalau ngomong," gerutu Tama. "Kayak yang kurang kerjaan aja aku nonton video meśum di kelas."
Cowok itu kembali menuju ke mejanya. Lalu meraih jus jeruk Reki dan meminumnya.
"Memangnya aku kayak kamu apa? Yang hobinya nonton video meśum nggak tau tempat dan waktu?"
Reki mencebik. "Itu normal, by the way. Kita udah gede masalahnya." Cowok itu cengar-cengir. "Tapi, bentar. Sebenarnya kamu ngeliatin artikel apaan sih?" tanya Reki kemudian seraya mengingat judul artikel yang tengah terbuka di ponsel Tama tadi. "Hal-hal yang disukai cewek?"
Tama mengulum senyum. Kembali berkonsentrasi dengan ponselnya.
"Yang bener? Kamu baca artikel kayak gitu?" tanya Reki tak percaya. "Oh My God."
Tadi ketika Reki berhasil merebut ponsel Tama, semula ia berpikir bahwa ponsel Tama sedang dialihkan ke laman otomatis. Tapi, ketika dilihatnya sekarang Tama dalam mode benar-benar serius membaca artikel itu, maka sudah bisa Reki pastikan. Memang Tama sendirilah yang membuka laman itu. Tama dengan keadaan sadar membuka laman itu.
Tidak bisa dipercaya.
"Emangnya kamu mau ngapain, Tam? Kayak yang kamu kurang kerjaan aja sampe baca artikel gituan." Reki geleng-geleng kepala melihat Tama yang tetap fokus dengan ponselnya. "Kalau kamu emang segitu kurang kerjaannya, mending buatin tugas aku deh. Kan kata guru-guru kamu tambah lama tambah pinter. Aku dengan senang hati ngebiarin kamu ngabisin waktu kamu yang berharga itu untuk tugas aku." Mata cowok itu melirik ponsel Tama sebelum kembali menatap temannya itu. "Dari pada buang-buang waktu buat ngeliat artikel nggak guna gitu."
Cuek, Tama kemudian kemudian menanggapi pelan perkataan Reki. "Kamu ini emang sebangsa orang sok tau banget deh." Tama mengangkat wajahnya sejenak dari layar ponsel, melihat ke Reki dan berkata. "Eshika bentar lagi ulang tahun, Ki."
Mata Reki membesar seketika. Lampu pijar di otaknya menyala. Mengerti dengan pasti alasan Tama sekarang kenapa sampai membaca artikel seperti itu.
Reki mendekati Tama.
"Jadi kamu mau ngasih dia hadiah gitu?" tanya Reki pelan.
Tama melongo. "Nggak sih. Karena bentar lagi Eshika mau ulang tahun, rencananya sih aku mau ngasih kado buat kamu!" rutuk Tama kesal.
Reki spontan tergelak terpingkal-pingkal. "Hahahaha." Tangannya memukul-mukul meja hingga membuat suara gaduh.
"Berisik ah, Ki!" keluh Tama.
"Jadi, kamu mau ngasih dia apa?"
Tama menurunkan tangannya yang memegang ponsel. Menatap Reki. "Nggak tau juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomantikJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...