25. Tepergok

1.2K 90 4
                                    

Mawar melepaskan sabuk pengaman yang ia kenakan dan meletakkannya dengan hati-hati di sisi mobil. Sejenak wanita paruh baya itu meneliti penampilannya. Mengusap rambutnya perlahan. Memastikan bahwa tatanan rambutnya rapi tanpa cela.

Sejurus kemudian ia menarik napas. Meraih satu eco bag yang berisi beberapa kotak bekal.

Kemaren, setelah ia mendengar kabar kalau Tama sakit, sebenarnya Mawar sudah ingin melihat keadaan putra semata wayangnya itu. Bagaimanapun sering berulahnya Tama, tapi Mawar menyadari bahwa sebenarnya Tama adalah anak yang baik. Seumur hidupnya, Tama benar-benar mematuhi perkataan orang tuanya. Tidak pernah membantah. Mengingat betapa menakutkannya pergaulan anak muda zaman sekarang, ugh! Mawar benar-benar bersyukur. Tama tidak pernah berbuat kekacauan. Ya sekali dua kali dipanggil guru BK sih wajar menurut Mawar. Tapi, tetap saja. Itu bukan karena masalah yang serius. Satu-satunya masalah yang menyebabkan Tama sering dipanggil guru BK adalah karena urusan yang melibatkan cewek atau kalau Tama mendadak bolos dari pelajaran. Selain itu? Merokok, mabuk-mabukan, atau bahkan tawuran, benar-benar tidak pernah dilakukan putranya itu. Tapi, jangan bilang kalau Tama semacam pria yang kemayu atau penakut atau lemah fisik. Nyatanya Tama lebih suka menyalurkan tenaganya untuk olahraga dan berkompetisi. Mengikuti berbagai perlombaan di bidang olahraga. Ia sama sekali tidak suka membuang waktu dan tenaganya dengan percuma.

Makanya ketika Popi datang mengutarakan maksudnya pada Mawar, tentu saja Mawar dengan senang hati menyetujui permintaan Popi. Terlepas dari usia Tama yang masih muda, Mawar tidak bersikap subjektif kalau mengatakan sebenarnya Tama itu anak yang bertanggungjawab. Tentu saja, Mawar tidak akan menyetujui permintaan itu apabila Tama memang tidak bisa diandalkan. Karena sudah jadi rahasia umum, Mawar begitu sayang dengan Eshika. Sudah barang tentu ia tak ingin melihat gadis itu menderita karena menikah dengan putranya.

Dan ternyata, di luar dugaan Mawar. Sekarang hubungan Tama dan Eshika di mata wanita paruh baya itu berkembang lebih cepat dibandingkan dengan dugaannya. Bagaimana perasaan Mawar tidak senang ketika mendengar Eshika yang merawat Tama? Belum lagi ketika cewek itu dengan benar-benar berniat belanja ke supermarket demi mengurus Tama?

Karena itulah, khawatir kalau-kalau nanti justru Eshika yang jatuh sakit, akhirnya Mawar memutuskan untuk pagi-pagi sekali datang ke gedung apartemen Tama.

Bahkan ketika jam belum menunjukkan setengah 6 pagi, Mawar sudah berada di lift menuju unit apartemen Tama.

Sesampainya di depan pintu unit Tama, Mawar dengan segera memasukkan kata sandi pintu Tama. Tentunya Mawar tidak ingin membunyikan bel dan mengganggu tidur anaknya. Lagipula Eshika mungkin juga butuh istirahat lebih lama.

Mawar tersenyum saat masuk dan dengan segera menuju ke dapur. Dengan cekatan dan tak butuh waktu lama, hidangan sarapan tersaji. Begitu pula untuk beberapa makanan yang langsung disisihkan oleh Mawar. Untuk makan siang Tama dan Eshika nanti.

Setelah semua siap, yang mana hanya butuh waktu sekitar lima menit untuk Mawar menyiapkan semuanya, ia beranjak. Mawar pergi menuju ke kamar Eshika.

"Tok! Tok! Tok!"

Beberapa saat, Mawar menunggu. Tapi, tidak ada suara sahutan dari dalam ketika ia memanggil nama Eshika. Penasaran, Mawar pun membuka kamar Eshika.

Wanita paruh baya itu melihat kasur yang sedikit berantakan, namun tidak ada Eshika di sana. Bingung, Mawar dengan segera keluar dan menuju ke kamar mandi. Tapi, jangankan mendapati keberadaan Eshika, yang ada justru kamar mandi itu masih dalam keadaan kering. Yang mana menjadi tanda kalau tidak ada yang menggunakan kamar mandi itu dalam waktu dekat.

Menuju balkon, Mawar mengernyit mendapati pintu kaca balkon yang lebar itu masih dalam keadaan terkunci.

"Eh?"

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang