60. Mulai Tak Aman

950 66 0
                                    

"Tam! Tam! Tam!"

Tama mengangkat wajah dari layar ponselnya. Menatap Reki yang tampak berlari masuk ke dalam kelas.

Dahi Tama mengernyit. Terutama ketika dilihatnya Reki tampak menghentikan sejenak langkah kakinya seraya melihat pada Velly yang duduk di mejanya.

"Eh, Maimunah! Nggak main di semak-semak lagi kan ya hari ini?"

Wajah Velly seketika berubah memerah. Ia meraih botol air minum di atas meja dan terlihat seolah-olah ingin melemparnya pada Reki. Cowok itu tergelak seraya mengangkat kedua tangannya di depan dada.

"Ampun, Maimunah, ampun. Kalau nggak dilempar botol air minum, aku mau kok sukarela ke semak-semak lagi. Hahahaha."

Velly semakin melotot.

Masih dengan terpingkal parah, Reki berjalan seraya menjaga jarak agar Velly tidak benar-benar melempar botol air minum itu pada dirinya. Kan gawat kalau pagi-pagi dia sampai mandi dua kali.

Tiba di mejanya dengan selamat sentosa, eh Reki kembali tertawa terbahak-bahak.

Tama menatap kelakuan Reki dengan bingung. "Salah makan atau mendadak gila, Ki?"

"Hahahaha." Reki meletakkan tasnya di meja dan duduk. "Sesuka kamu aja nganggapnya gimana."

"Ngomong-ngomong," lanjut Tama berniat meminta klarifikasi Reki. "Kamu sama Velly pergi ke semak-semak ya?"

"Hahahaha." Reki menggeleng. "Nggak kok. Cuma guyonan aja," jawab cowok itu. "Masa kamu pikir serius. Hahahaha."

Tama geleng-geleng kepala. "Kirain kan kamu beneran ngajak Velly ke semak-semak."

"Wait!" Reki menarik pundak Tama. "Kamu ngeliatnya kayak aku yang bakal ngajak Velly ke semak-semak gitu? Iya?"

Mata Tama menatap Reki mengernyit. "Maksud kamu?"

"Ehm ... nggak ada clue kayak yang semisalnya Velly gitu yang narik aku ke semak-semak?" tanya Reki dengan nada seperti tengah tersinggung. Atau sedikit tidak terima dengan perkataan Tama.

Tama mengerjap-ngerjapkan matanya. Menatap ke arah Velly beberapa saat baru kembali lagi menoleh pada Reki.

"Oke. Kalau Velly yang narik kamu ke semak-semak, pasti kamu bakal nerima dengan senang hati."

"Ehm ...." Reki menahan sejenak napas di dadanya, baru mengembuskannya dengan pelan. "Aku masih memiliki sedikit harga diri dan kehormatan sebagai cowok. Jadi, aku nggak bakal nerima dengan senang hati. Terutama karena lokasinya di semak-semak. Gatal, Tam. Beneran."

Tama melongo. Mendadak saja ia melirik ke kanan ke kiri berulang kali, lalu mencondongkan diri ke arah sahabatnya itu.

"Dia beneran narik kamu ke semak-semak?"

Reki diam sejenak. "We keep our secret kan ya?"

Mata Tama melotot. "Sial! Kamu pasti becanda."

Sayangnya, Reki menggeleng.

"Beneran?"

Reki mengangguk.

"Yang bener benerannya?"

Reki mengangguk lagi.

"Ya ampun, Ki! Dia ngapain kamu di semak-semak?" tanya Tama mendesis, tetap berusaha menjaga agar tidak ada yang mendengar percakapan semak-semak mereka. Kemudian, seketika saja kedua tangan Tama meraih tangan Reki dan meraba-raba tubuh temannya itu. "Kamu nggak sempat diapa-apain sama dia kan?"

Lalu, tangan Tama berhenti memeriksa Reki dan malah justru mendorongnya.

"Ngapain juga aku cemasin kamu!"

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang