"Esh ...."
Tama mengetuk pintu kamar Eshika sekali seraya memanggil nama gadis itu. Cowok itu tampak bersandar di pintu dengan satu tangan yang berkacak di pinggang.
Tama dengan pikiran yang setengah kosong, terlihat memandangi lantai. Kemudian ia mengetuk lagi seraya mulutnya yang turut memanggil.
"Esh ...."
"Kreeekkk ..."
Pintu terbuka dengan tiba-tiba. Tama kaget. Tubuhnya yang kehilangan sandaran mendadak limbung seketika.
"E e e eh, Tam!"
Tama berusaha menahan tubuhnya dan bersamaan dengan itu Eshika juga mengulurkan tangan. Membantu Tama untuk tidak terjatuh.
Tama terengah-engah. Napasnya terasa kacau ketika menyadari bahwa Eshika menahan tubuhnya untuk tetap berdiri.
Eshika sedikit menarik wajahnya untuk melihat Tama. Tangan gadis menahan dadá Tama.
"Kamu nggak apa-apa?"
Tama menarik diri. Tangannya naik dan menunjuk Eshika. "Coba kalau mau buka pintu itu pake permisi kek. Ini malah buka tiba-tiba. Ngebuat orang kaget aja. Ya ampun."
Eshika cemberut. "Permisi sama siapa?" tanyanya. "Lagian ya kan. Aku ini mau keluar, bukannya mau masuk. Jadi, permisi buat apa?"
Tama mengatupkan mulutnya mendengar perkataan Eshika. "Tapi, ya seenggaknya kasih aba-aba kalau mau buka pintu, Esh. Biar aku nggak nyandar-nyandar di pintu."
"Lagian kamu sih ... ngapain juga pake acara nyandar-nyandar di pintu?" tanya Eshika. "Kayak yang kurang kerjaan aja."
Tama cemberut mendengar perkataan Eshika.
"Ngapain kamu manggil aku?" tanya gadis itu kemudian. Bersidekap. Dengan raut wajah yang masih tampak kurang bersahabat.
"Ah!" Tama menatap Eshika. "Ada tugas apa di sekolah?" tanyanya kemudian.
Diam-diam Tama menarik napas dalam-dalam. Bukannya apa sih ya. Tadi itu sebenarnya murni saja Tama cuma mau ngecek keadaan Eshika. Sudah normal lagi atau belum. Dan ternyata, seperti yang ia lihat sekarang. Sepertinya Eshika masih bad mood.
Eshika menengadahkan wajahnya. Balas menatap Tama. "Kamu mau masuk besok?"
"Ehm ...." Tama mendehem. "Kayaknya sih iya. Soalnya rada suntuk juga di rumah seharian nggak ada ngapa-ngapain."
Eshika manggut-manggut. Beranjak ke meja belajarnya. Tama mengikuti gadis itu ketika Eshika mencari-cari bukunya. Sejurus kemudian, ada tiga buku yang berpindah ke tangan Tama.
"Ah!" Eshika teringat sesuatu. Seraya memegang punggung kursi belajarnya, Eshika berkata. "Sebenarnya tadi juga kita dapat tugas buat bedah novel terbaru."
"Terus?"
"Ya terus kamu mesti cari novelnya dulu dong baru bisa dibedah."
Tama manggut-manggut. "Kamu udah tugas itu?"
"Belum." Eshika menggeleng. "Sebenarnya sih ya ...," kata Eshika seraya beranjak pindah untuk duduk di pinggir tempat tidur. Membiarkan Tama yang pada akhirnya duduk di kursi belajarnya. "Tadi itu Velly sama Alex ngajak buat hunting Gramedia."
Tama yang semula tampak membolak-balikkan buku Eshika yang berada di tangannya, seketika saja menghentikan kegiatannya itu. Matanya melirik Eshika.
"Terus?"
"Terus apa?"
"Kamu pergi?"
"Ya nggak dong, Tam," jawab Eshika. "Jelas-jelas aku balik ke sini tepat waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomanceJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...