20. Pulang Bersama

1.2K 92 4
                                    

"Tet! Tet! Tet!"

Suara bel tanda sekolah telah selesai membuyarkan lamunan Eshika. Menyebalkan, tapi Eshika harus mengakui kalau seharian ini ia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajarannya. Ia beruntung, hari ini guru yang masuk termasuk guru yang tidak terlalu aktif dalam mengajar. Hanya menulis di papan tulis, lalu memberikan tugas. Ia tak habis pikir kalau guru yang masuk hari ini seperti Bu Wati yang tiap sepuluh menit sekali menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ugh! Eshika pasti tidak akan bisa menjawab satu pertanyaan apa pun.

"Ting!"

Eshika membuka pesan yang masuk. Dan dari siapa lagi kalau bukan Tama?

[ Tama ]

[ Jangan lupa buat beresin tas aku ya. ]

[ Bawain ke UKS. ]

[ Ehm .... ]

[ Tadi sih Mami nelepon aku bentar. ]

[ Nanya kabar kita. ]

[ Terus aku bilang kalau kita baik-baik saja. ]

Wajah Eshika terasa bagai rontok dari tempatnya. Ia menggeram. Tau dengan pasti maksud tiga kalimat terakhir dari pesan Tama.

Apalagi kalau bukan sedang mengancam Eshika?

Kamu ngasih cabe rawit setán satu kilo ke Tama? Maksud kamu apa, Esh?!!!

Bayangan Popi marah-marah segera muncul di benak Eshika. Dan belum lagi kalau Mawar tau, mungkin nanti Eshika tidak akan benar-benar dipercaya lagi oleh ibu Tama itu.

Eshika bangkit. Setelah merapikan buku-bukunya di dalam tas, ia beranjak dan tertegun sejenak.

"Tama masih di UKS kan ya, Ki?"

Reki mengangguk. "Ini aku mau ke sana dulu."

"Bareng deh kalau gitu," kata Tere. "Ini buku-bukunya biar aku yang rapiin."

Bola mata Eshika berputar.

Ribut dengan Tere atau dimarah dua orang tua?

Argh!

Eshika meremas kedua tangannya.

Bagaimanapun juga, sumber kehidupan aku itu Mami, Mama, dan Tama. Lebih baik ngadepin Tere ketimbang mereka bertiga.

"Ehm!"

Tere dan Reki sama-sama melihat pada Eshika yang mendekat. Terlihat Eshika yang melirik pada tangan Tere. Gadis itu tengah memasukkan satu buku pelajaran ke dalam ransel Tama.

"Kenapa?"

Eshika menarik napas dalam-dalam. Ia paling benci mencari dan terlibat dalam masalah, tapi sekarang ia bisa apa?

"Kamu nggak perlu repot-repot ngerapiin buku Tama," kata Eshika. "Biar aku aja."

Tere mengerutkan dahinya. "Maksud kamu?"

Tangan Eshika terangkat. "Sini tas dan buku Tama. Biar aku yang ngerapiinnya."

Tapi, ketika Eshika bermaksud untuk mengambil buku dan tas Tama, Tere justru memegangnya dengan erat.

"Memangnya ini urusan kamu?" tanya Tere. "Kan katanya kalian nggak ada apa-apa, terus kenapa kamu yang mau ngerapiin tas Tama?"

Bola mata Eshika berputar-putar.

Benci terlibat masalah bukan berarti aku nggak berani ngadepin masalah kali ya.

"Soalnya Tama yang nyuruh."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang