71. Peringatan

804 71 0
                                    

Tama melihat melalui pundaknya. Berusaha untuk bisa melihat kamar Eshika walau jelas-jelas mustahil. Dinding menghalangi pandangannya yang tak seberapa.

Sejurus kemudian, cowok itu menghela napas dan geleng-geleng kepala seraya memadamkan kompor. Beranjak ke rak piring untuk mengambil satu mangkok, Tama lantas menyajikan sayur bening yang ia masak ke dalam mangkok itu dan meletakkannya di atas meja makan. Tepat di sebelah sambal balado terong yang telah ia masak terlebih dahulu.

Tama lalu melepas celemek yang ia kenakan dan menggantung di tempatnya. Setelahnya ia beranjak untuk mencuci tangan dengan singkat sebelum berjalan menuju ke kamar Eshika. Dan sesampainya di depan pintu kamar gadis itu, Tama berdiam diri sejenak. Menatap daun pintunya.

Dikunci lagi atau nggak?

Bertaruh pada dirinya sendiri, Tama lantas menekan daun pintu itu dan berusaha untuk mendorongnya. Tapi, ternyata pintu itu tidak bergerak. Alias terkunci.

Lantas, Tama mengetuk pintu itu.

"Esh ...., ayoh makan malam dulu."

Beberapa saat tak terdengar suara Eshika, tapi sejurus kemudian Tama mendengar suaranya.

"Iya, Tam. Aku keluar bentar lagi. Kamu duluan aja."

Tak menunggu gadis itu, Tama pun kembali ke dapur. Duduk dan menunggu beberapa saat. Tapi, Eshika belum juga muncul. Membuat cowok itu lantas meraih ponselnya dan menekan kontak Eshika. Dan ternyata diangkat oleh Eshika.

"Esh ..., kamu mau makan atau nggak sih? Ini sayurnya keburu dingin semua," kata cowok itu.

Terdengar Eshika menarik napas. Dan ada suara sedikit berisik di seberang sana. "Iya, Tam. Ini aku keluar."

"Kreeekkk."

Tama pun bisa mendengar suara pintu kamar Eshika yang terbuka. Maka cowok itu pun langsung memutuskan panggilan tersebut.

Ia membawa satu tangannya untuk menopang dagu di atas meja. Menatap ke ambang pintu, menunggu kedatangan Eshika. Dan gadis itu muncul. Dengan rambut yang diikat seadanya hingga tetap saja terlihat awut-awutan dan wajahnya terlihat lusuh.

Eshika menarik kursi dan langsung meraih piringnya.

"Ya ampun. Ini keliatan enak banget, Tam," kata Eshika seraya menyendok nasi ke piringnya. Tapi, sejurus kemudian ia meletakkan piring itu di hadapan Tama dan justru mengambil piring kosong Tama untuk dirinya. "Aku emang lagi kepingin makan sayur bening bayam jagung gini. Pas banget deh."

Untuk beberapa saat, Tama hanya terbengong dan tak melakukan apa pun. Ia hanya melihat Eshika yang kemudian langsung menikmati makan malamnya layaknya orang yang sudah seharian tidak makan. Hingga membuat cowok itu penasaran.

"Kamu sebenarnya lagi kenapa sih, Esh?" tanya Tama beberapa saat kemudian.

Eshika yang tengah mengunyah makanannya, kaget mendapati pertanyaan Tama yang tiba-tiba. Alhasil gadis itu menjadi terbatuk-batuk. Tama mengulurkan segelas air pada Eshika dan langsung disambutnya.

Beberapa saat, Tama hanya diam mengamati hingga Eshika selesai meminum air tersebut. Mungkin Eshika pikir jeda itu akan membuat Tama melupakan pertanyaannya, tapi sepertinya Tama benar-benar menunggu jawaban dari gadis itu. Terlihat dari sorot mata Tama yang tak berpaling sedikit pun dari kedua bola mata bening Eshika.

"Kenapa apa, Tam?" Eshika justru balik bertanya.

Kedua bahu Tama naik sekilas. "Kamu akhir-akhir ini kayak keliatan capek gitu sih." Mata Tama memandang Eshika lebih lekat lagi. "Tuh. Kantung mata kamu tambah besar."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang