"Tau kan ya?"
"Tama rupanya udah mutusin Laura Jumat kemaren."
"Seisi sekolah heboh. Katanya Tama yang kayak semacam malu-maluin dia di warung bakso Pakde pas pulang sekolah."
"Eh, tapi wajar juga sih. Kemaren aku ya ada di sana pas kejadian. Jadi ya aku ngeliat apa yang terjadi."
"Terus?"
"Menurut aku sih Laura juga agak kelewatan deh. Tama udah ngomong baik-baik gitu sih. Yah dianya malah maksa. Jadi ya Tama agak kelepasan."
"Oh ... gitu?"
"Lagian semua orang tau kali gimana menakutkannya Tama kalau lagi marah."
"Yah, tapi wajar juga Laura maksa. Bayangin aja. Udah ngefans dari awal masuk sekolah, akhirnya bisa jadian. Eh, malah jadian cuma dua hari doang. Gimana nggak frustrasi coba?"
"Hahaha."
"E eh ... tapi, ada yang aneh kemaren itu."
"Apa?"
"Tama kan bilang kalau dia lagi naksir seseorang."
"Oh shit! Beneran?"
"Yuhu .... Bener ...."
"Terus? Terus?"
"Yang ngebuat agak aneh itu, kemaren dia makan bakso tebak bareng siapa?"
"Siapa?"
"Eshika."
"Wah? Nggak mungkin."
"Mereka kan berantem terus."
"Eh, semacam Eshika juga pasti bakal terpesona kali dengan Tama."
"Lagipula kayaknya nggak aneh kalau Eshika sampai suka Ta--- eh ..."
Empat orang cewek yang tengah bergosip di kantin dengan segera menelan kembali kata-katanya, tepat ketika mata mereka mendapati Eshika dan Velly yang tampak melintasi meja mereka.
Mereka kompak meneguk ludah. Dari wajah Eshika yang tampak memerah, mereka bisa menerka bahwa Eshika mendengar semua apa yang mereka katakan. Membuat mereka seketika menjadi salah tingkah.
"Ha-ha-halo, Esh..."
Eshika tersenyum. Atau lebih tepatnya mencoba untuk tersenyum. Tangannya yang dipegang oleh Velly dirasakan bergetar oleh temannya itu. Terang saja. Manusia mana yang bisa tenang-tenang saja ketika mendapati dirinya tengah dibicarakan di belakang oleh sekelompok orang? Rasanya tidak akan ada.
Eshika dan Velly melanjutkan perjalanan mereka. Menuju meja yang kosong setelah memesan siomay dan mie ayam, serta dua gelas jus jeruk. Ketika duduk, Velly berkata.
"Yah, seperti inilah bagaimana gosip bisa lahir di muka bumi. Ketika yang dilihat mata nggak digabungkan dengan yang didengar telinga."
Eshika berdecak sekali. "Tapi, itu gosip yang paling menakutkan bukan ya? Aku? Sama Tama? Ha ha ha." Eshika menghentikan tawa kakunya seketika. "Aku yakin Tuhan nggak mungkin ngebuat takdir sebercanda itu."
Kedua bahu Velly naik sekilas. "Hanya saja, yang aku khawatirkan satu sih, Esh."
"Apa?"
"Kamu tau kan gimana sifat Laura?" tanya Velly. "Aku cuma takut ntar kamu yang jadi sasaran kemarahannya."
Eshika sedikit merenungi perkataan Velly. Otaknya mau tak mau membenarkan teori itu. Seperti yang dikatakan Velly, terkadang Laura itu terlalu membabi buta orangnya.
"Misi, Mbak..."
Pesanan Eshika dan Velly datang. Eshika menerima siomay pesanannya, sedangkan Velly dengan mie ayamnya. Dua gelas jus jeruk pun turut tersaji di atas meja mereka. Interupsi itu membuat pikiran Eshika buyar. Ia tersenyum seraya meraih botol kecap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomanceJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...