44. Kondom

1.9K 84 5
                                    

Tama menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan perlahan. Membuka mulutnya, nyatanya dari tadi sendok di tangan Tama tidak bergerak menyuap lontong ke mulut cowok itu.

Ya ....

Tama menganga.

Tapi, bukan karena sate di hadapannya.

Melainkan karena Eshika.

Glek.

Eshika terlihat begitu lahap menikmati sate madura dan ayam gorengnya. Dan melihat Eshika dengan mulut mengembung karena lontong, membuat Tama kemudian meneguk ludah.

Jantungnya kembali berdebar-debar.

Menyisihkan tusuk sate yang kosong, Eshika menyendok kembali lontongnya. Dan itu lagi-lagi membuat Tama menganga. Melihat bagaimana Eshika menunduk di hadapannya. Menyebabkan garis leher gaun tidur yang Eshika kenakan menjuntai lemas. Seolah ingin mempersilakan Tama untuk mengintip isi di dalamnya.

Tama membeku.

Sekilas melihat tulang selangka Eshika di dalam sana.

Dan sedetik melihat itu membuat ia merasa seperti penjahat saja.

Mata Tama memejam.

Ya ampun, kenapa pikiran aku jadi begini sih?

Argh!

Ini pasti gara-gara aku cium dia waktu itu. Makanya otak aku jadi korslet terus kayak gini. Akibatnya, tiap ngeliat Eshika sekarang, aku pasti jadi ngerasa aneh.

Tapi, cobaan Tama tidak sampai di sana.

Mendadak saja ia merasakan satu usapan di bibirnya. Seketika membuat Tama membuka mata dan melotot ke arah Eshika. Melihat bagaimana ibu jari Eshika mengusap bibir bawahnya.

Seolah bahwa yang ia lakukan adalah hal yang biasa-biasa saja, Eshika justru tersenyum seraya menunjukkan ibu jarinya yang bernoda kuah sate. Ia berkata.

"Ada kuah sate di bibir kamu."

Ya salam!

Sudahlah.

Tama meneguk ludahnya.

Bangkit dari duduknya dengan kasar.

"Eh?"

Eshika mengerjap mendapati tindakan Tama yang tiba-tiba.

Tama menarik napas dan berkata. "Aku mau ke supermarket bawah."

Suara Tama terdengar parau sehingga ia mendehem.

"Mau nyari air soda."

"Eh?"

"Kamu mau juga?"

Eshika menggeleng. "Nggak."

"Oke. Kalau gitu aku pergi dulu."

Eshika melongo melihat Tama yang langsung saja bergegas pergi dari sana. Terheran-heran melihat kelakuan aneh Tama.

Sedangkan Tama, selangkah ia keluar dari unitnya, ia langsung merasa lega yang tidak terkira. Seraya berjalan di lorong ia berpikir.

Ini gawat.

Aku beneran udah nggak bisa nahan diri lagi kayaknya.

Padahal tadi udah aku bawa pake mandi keramas, eh mendadak Eshika berulah lagi.

Argh!

Sial.

Berulang kali menghirup napas panjang, Tama kemudian benar-benar menuju ke Indomarket. Memilih beberapa air soda dingin. Sekadar untuk melegakan tenggorakan dan gejolak darahnya.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang