72. Persiapan Kejutan

791 72 0
                                    

Satu pesan masuk ke ponsel Tama ketika jam pelajaran terakhir masih berlangsung. Dengan segera Tama pun membuka pesan tersebut.

[ Selamat Siang, Pak Tama. ]

[ Pesanan Bapak telah selesai. ]

[ Bisa langsung diambil di toko hari ini. ]

Tama pun langsung membalas pesan itu dengan singkat, padat, dan jelas.

[ Oke. ]

[ Sekitar jam 2 saya ke toko. ]

[ Terima kasih. ]

Tama kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya ketika Reki berbisik sambil mengerjakan tugasnya.

"Pesan dari siapa, Tam?"

Tama mendesis. "Kepo."

"Ih ... cuma jarak berapa kursi aja pake chat-chatan segala," kikik Reki. "Orang itu kalau di dalam kelas harus pake cara komunikasi yang lebih menantang dong."

Tama pun melirik lewat ekor matanya. "Maksud kamu?"

"Gini caranya," kata Reki seraya membuka halaman belakang buku tugasnya.

Cowok itu merobek sedikit kertas itu dan menuliskan dua kalimat yang membuat Tama bergidik ngeri.

Siang, Cantik. Mau pulang bareng aku?

Reki menyeringai. Dan seakan belum cukup puas untuk melihat kengerian di wajah Tama, Reki pun dengan segera meremas-remas kertas itu hingga membentuk bola kecil.

Mata Tama melotot. "Eh .... Kamu mau ngapain, Ki?"

Reki menahan gelinya ketika Tama berusaha merebut kertas itu dari tangannya. Tapi, eh keburu cowok itu sudah melemparkannya. Terarah lurus pada kepala Eshika yang tengah menatap papan tulis.

Tama melihat bagaimana bola kertas itu melayang layaknya dalam tayangan slow motion. Tapi, sedetik kemudian terlihat Eshika tersenyum melihat papan tulis seperti baru menemukan satu celah penting di tugasnya. Membuat gadis itu dengan serta merta menunduk ke buku tulisnya.

Bola kertas tidak jadi mengenai Eshika, melainkan semakin meluncur.

"Apaan sih?!" rutuk Velly.

Seisi kelas terlonjak dari keseriusan masing-masing. Sama-sama terarah pada Velly yang tanpa sadar merutuk.

Tama dan Reki membeku.

Di depan, Pak Eko melihat Velly.

"Ada apa itu?"

Velly cemberut setelah menunduk untuk mengambil bola kertas yang mengenai pipinya tadi. Gadis itu mengacungkannya pada Pak Eko.

"Ada yang ngusilin saya, Pak. Masa saya dilempar pake kertas," gerutu Velly.

"Terus kamu ngarepnya dilempar pake buket bunga gitu?"

Velly melirik Heri yang menyeletuk di belakangnya, melontarkan delikan sekilas sebelum kembali menghadap ke depan. Tepat ketika Pak Eko sudah berdiri di mejanya.

"Mana kertasnya?"

Velly menyerahkannya.

Tama menyikut Reki. "Mampuslah kamu, Ki. Mau dikubur di TPU mana? Biar aku booking-kan bentar lagi."

Glek.

Reki meneguk ludah.

Velly menyerahkan bola kertas itu. Sontak membuat Tama dan Reki segera memanjatkan doa-doa pada Tuhan.

Dahi Pak Eko berkerut saat membuka bola kertas itu. Membaca tulisan yang ada di sana. Lalu, di luar prediksi guru tua itu justru terkekeh pelan.

"Ckckckck. Anak muda anak muda," lirihnya. "Ini siapa yang melempar? Lebih baik jujur daripada saya cek satu persatu buku tugas kalian."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang