3. Ikatan

2.3K 130 0
                                    

Adhitama Aria Kharisma menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya mendadak berkeringat parah seiring dengan waktu yang semakin berjalan. Melihat ke sekeliling, ia bisa mendapati bahwa ia tak bisa mundur sekarang. Tidak bisa tanpa menimbulkan kekacauan dan malu di wajahnya.

Ya Tuhan. Dari sekian banyak cewek di muka bumi ini, kenapa mesti dia sih orangnya?

Tama murka.

Dari murka dengan calon pengantinnya hingga murka karena tak bisa mengelak dari keputusan orang tuanya.

Seandainya saja Tama bisa melarikan diri atau setidaknya menolak pernikahan itu, tentu saja Tama akan melakukannya. Memangnya siapa orangnya yang mau menikah di usia yang masih muda seperti dia? Di saat masih berstatus sebagai pelajar SMA kelas dua belas? Rasanya tidak ada.

Terutama dengan alasan pernikahan yang membuat perutnya terasa bagai diobok-obok. Menjaga gadis itu selama Mami-nya perlu ke luar negeri? Yang benar saja.

Nggak bakal ada seorang penjahat pun yang berniat mengusik cewek menakutkan kayak dia. Yang ada malah penjahatnya duluan yang kabur.

Tapi, di sinilah sekarang Tama berada.

Di rumah gadis itu. Di rumah Eshika. Bersama dengan sedikit dari tamu yang diundang. Yang sebenarnya hanyalah keluarga terdekat mereka. Tak lebih dari sepuluh orang yang datang. Sekadar menjadi saksi bahwa pernikahan mereka telah dilaksanakan.

Tama menggeram. Benar-benar tidak bisa menghindari dari kenyataan buruk itu. Apalagi ketika melihat kedua orang tuanya yang tampak semringah seraya bercakap-cakap dengan keluarga dari pihak Eshika.

Ah, memang tak ada harapan lagi untuknya.

Lalu, keriuhan itu mendadak lenyap.

Semua orang menghentikan aktifitasnya masing-masing. Setiap mata langsung beralih menuju tangga dan menatap sepasang manusia yang turun dari lantai atas.

Berhati-hati agar langkah kakinya tidak silap, Eshika hanya menundukkan wajah menatapi tiap anak tangga yang ia turuni. Langkahnya terkesan ayu dan anggun. Membuat kedua orang tua Tama semakin tersenyum lebar di tempatnya.

Dan entah mau mengakuinya atau tidak, sekejap Tama pun seakan terhipnotis melihat Eshika yang turun dengan mengenakan kebaya putih itu. Entah karena kebaya itu yang cantik atau memang Eshika yang membuat kebaya sederhana itu terlihat cantik bersamanya. Tama tak tau.

Pemuka agama mengambil mik dan berkata.

"Pengantin wanita kita sudah siap. Apa bisa kita mulai sekarang?"

*

Tama memandangi cincin yang melingkar di jarinya. Rasa-rasanya ia tak percaya bahwa sekarang statusnya telah berubah menjadi suami orang. Lebih tepatnya lagi adalah suami dari Eshika. Gadis yang paling ia hindari dari dulu.

Ugh!

Hubungan keduanya memang tidak dalam kategori teman. Bahkan walaupun kedua orang tua mereka bersahabat, nyatanya hal itu tidak menurun pada Tama dan Eshika. Dari kecil, mereka selalu saja berkelahi kalau bertemu. Dan harus Tama akui, pasti dirinya yang memulai pertikaian itu.

Sekarang, takdir sepertinya tengah menghukum dirinya. Membuat ia terperangkap pada gadis itu dalam ikatan yang terlalu erat.

Pernikahan.

"Tam, cobalah kamu sedikit tersenyum."

Suara Mawar –Mama Tama- mendadak terdengar di telinga Tama. Saat ini mereka tengah menikmati hidangan yang tersaji. Dan Tama lebih memilih untuk duduk seorang diri. Menarik diri dari keramaian.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang