10. Dua Pemikiran Yang Berbeda

1.4K 106 1
                                    

Eshika memberikan sehelai kertas berisi daftar belanjaan pada Tama. Tak hanya daftar barangnya, tapi ia pun mencantumkan jumlahnya untuk tiap-tiap barang. Serta nama barang penggantinya seandainya Tama tidak menemukannya. Catatan yang benar-benar sempurna untuk kategori anak SMA. Tapi, terlahir sebagai putri tunggal dengan seorang ibu yang berprofesi sebagai dosen dengan jadwal mengajar yang tinggi, serta sering melakukan penerbangan ke berbagai kota demi seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya, membuat Eshika belajar banyak hal selama ini. Termasuk dengan menyusun daftar belanjaan yang sangat berguna ketika ia pergi berbelanja. Yah, semacam taktik untuk mengontrol besarnya pengeluaran. Jangan sampai membeli barang-barang yang tidak ada di daftar belanjaan.

Tama mengambil daftar belanjaan itu, membacanya sekilas dan langsung merasa ngeri seketika. "Kamu serius nyuruh aku belanja ginian?" tanya Tama horor. "Kamu nggak yang lagi becanda kan? Yang bener aja. Masa aku disuruh belanja segini banyak? Serius aja deh, Esh."

"Yang nggak mau ngasih aku duit belanja siapa coba?" ejek Eshika membalas Tama. "Lagipula, setelah aku pikir-pikir, emang mending kamu aja deh yang belanja keperluan sehari-hari. Biar kamu sebagai cowok ngerti, seberapa besar pengeluaran rumah tangga tiap hari."

Tama membuang napas panjang. Melanjutkan membaca daftar belanjaan itu.

"Ini apa? Ayam geprek dua porsi? Untuk makan malam ntar?"

Eshika mengangguk. "Atau kamu mau beli yang lain? Soalnya ntar pasti kamu selesai belanjanya kemalaman. Nggak bakal sempat kalau aku masak. Jadi, better for us kalau kamu beli makan malam di luar."

"Alasan!"

Eshika tertawa. "Ayoh! Buruan!"

Mau tak mau Tama pun akhirnya pergi juga. Meninggalkan Eshika sendirian di unit apartemen itu. Sepeninggal Tama, Eshika teringat dengan tugas yang diberikan oleh Bu Wati. Tugas Bahasa Inggris itu. Segera saja Eshika beranjak kembali ke kamarnya dan membuka tas sekolahnya.

Tugas dari Bu Wati sebenarnya tidak terlalu sulit, tapi yang pastinya banyak. Terang saja. Karena nilai ujian kemaren banyak yang jeblok, mau tak mau Bu Wati harus mencari siasat buat menutupi kekurangan nilai mereka. Ya dengan cara memberikan tugas.

Dari sekian banyak tugas Bahasa Inggris, mungkin yang paling menyita waktu adalah bagian menerjemahkan. Terutama karena paragraf yang harus diterjemah bukanlah paragraf yang hanya berisi tiga atau empat kalimat. Nyaris paragraf yang panjang-panjang. Eshika seketika teringat dengan soal TOEFL saat melihat tugas yang diberikan Bu Wati.

Sekitar jam tujuh malam, Eshika mendengar suara gaduh dari depan. Segera saja ia berlari keluar dari kamar dan mendapati Tama yang tampak kesal dan letih membawa beberapa kantong plastik barang belanjaan.

Cowok itu tampak murka dengan butir-butir keringat yang membasahi wajahnya.

"Kamu emang sengaja kan? Mau ngerjain aku kan?"

Datang-datang, langsung menodong Eshika dengan pertanyaan menuduh, hingga Eshika mencebik pada Tama.

"Yang ngerjain siapa coba?" elak Eshika. "Kan kamu sendiri yang mau belanja, biar nggak usah ngasih duit ke aku."

Tama menyeret langkah ke sofa. Terduduk lemas. Ada empat plastik besar yang Tama bawa. Dan Eshika terpaksa menahan senyum gelinya. Itu pasti berat sekali.

Eshika membawa belanjaan itu satu persatu ke dapur. Meletakkannya di kitchen island dan mengeluarkan isinya. Gadis itu dengan segera menata belanjaan. Menaruh setiap barang belanjaan itu ke tempat-tempat yang semestinya. Hingga kemudian ia menyadari sesuatu. Ia beralih pada Tama yang muncul ke dapur. Membuka pintu kulkas dan meraih sebotol air mineral. Membuka tutupnya dan langsung meminumnya dari botol langsung.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang