Ketika mata Eshika terbuka pagi itu, ia menyadari beberapa hal. Pertama, itu adalah pagi terindah yang pernah ia dapati seumur hidupnya. Kedua, ia menyadari bahwa ternyata perasaannya selama ini terbalaskan. Dan ketiga, ia dan Tama malam tadi tertidur dengan kondisi polos. Tidak sempat mengenakan kembali pakaian mereka karena nyatanya mereka terlalu lelah untuk hal itu. Nah! Hal ketiga inilah yang kemudian membuat wajah Eshika seketika memanas.
Mata Eshika berkedip-kedip. Menyadari bahwa kali ini ia terbaring di atas dadá Tama tanpa ada penghalang sama sekali. Kulit wajahnya dan kulit dadá Tama menempel. Begitupun dengan tangannya yang memeluk perut Tama.
Dan ketika melihat kenyataan itu, seketika saja Eshika menyadari bagaimana kedua payudaranya pun ternyata semalaman menempel di sisi perut cowok itu. Membuat mata Eshika membelalak.
Ya ampun.
Eshika meneguk ludahnya.
"Kamu udah bangun, Esh?"
Suara Tama menyapa indra pendengarannya. Membuat Eshika mengangguk. Dan ia merasakan kecupan Tama jatuh di kepalanya. Sekarang, kalau Eshika pikir-pikir, Tama suka sekali mencium kepalanya akhir-akhir ini.
"Kita mandi bentar terus sarapan yuk," ajak Tama kemudian.
Eshika membeku. "Kamu ngajak aku mandi bareng, Tam?"
"Uhuk!"
Tama terbatuk hingga membuat kepala Eshika terangkat dari dadanya. Cewek itu menahan selimut di dadanya. Menatap Tama yang bangkit duduk.
Terlihat wajah Tama yang memerah.
"Ya ... nggak gitu juga kali, Esh."
Mata Eshika mengerjap-ngerjap. "Soalnya tadi kamu sih ngomong ...." Tapi, Eshika menggantung ucapannya. Dan justru menatap kamar mandi itu.
Tama mengikuti arah pandang Eshika.
Dengan kamar mandi seperti itu, mandi bareng atau nggak kayaknya nggak ada beda sih. Ckckckck.
Sejurus kemudian Tama menarik napas. Merapikan rambut Eshika. Cewek itu duduk di hadapannya dengan tampilan yang benar-benar belum pernah ia lihat seumur hidupnya. Terlihat alami, murni, dan indah.
"Ehm ... jadi, kamu mau mandi duluan? Atau aku duluan? Atau ..."
Kok pilihannya ada tiga sih ya?
Tama mendehem. "Yah ... pokoknya mandi, biar kamu seger," kata Tama gugup. "Biar badan kamu enakan."
"Aku baik-baik aja, Tam. Tenang aja," kata Eshika.
Sedang Tama mengerutkan dahi mendengarkan perkataan Eshika.
Maksud dia ngomong gitu apa coba ya kan?
Tama merasa kesadarannya masih mengawang-awang saat itu sehingga ia memutuskan mengambil celana dalamnya yang kebetulan tergeletak di bawah nakas. Berhati-hati untuk memakainya kembali.
Sementara itu, Eshika beringsut. Mencari-cari pakaiannya, namun terlempar ke seberang ruangan. Cewek itu hanya geleng-geleng kepala saat melihat Tama bangkit setelah mengenakan celana pendeknya.
Seraya tetap menahan selimut di dadanya, Eshika kemudian menepis ide untuk mengambil pakaiannya. Ada kaos Tama di nakas yang lebih dekat dengan jangkauan tangannya.
Ia mengambil kaos itu. Meloloskannya melewati kepalanya. Dan secara ajaib menutupi hingga pertengahan pahanya.
Tama tersenyum melihat Eshika yang terlihat tenggelam bersama kaosnya. Cowok itu kemudian beranjak ke meja untuk meraih sebotol air minum. Membuka tutup botolnya dan langsung menegak isinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/304452909-288-k88679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomanceJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...