43. Mandi Keramas

1.5K 79 2
                                    

Eshika menatap jam dinding dan mendapati bahwa saat itu hampir jam enam sore. Tepat di saat Eshika selesai menyetrika satu kaos Tama yang terakhir.

"Ugh!"

Ia memijat pinggangnya. Tapi, sejurus kemudian ia tersenyum melihat seragam mereka yang telah rapi tergantung di stand hanger. Menurunkan sedikit pandangannya, di lantai telah tersusun rapi empat tumpuk pakaian dirinya dan Tama.

"Dan sekarang ..."

Eshika melihat ke tumpukan pakaian yang tersisa.

Glek.

Pakaian dalam.

Gadis itu dengan segera mengambil bra dan celana dalamnya. Dengan menggunakan tingkat kepanasan yang rendah, Eshika menyetrika celana dalamnya.

Ia tersenyum geli.

Biar rapi dan licin, pikirnya lucu.

Selesai dengan bra dan celana dalam miliknya, Eshika beralih pada ... ehm, pakaian dalam Tama.

Gadis itu menggigit bibirnya.

"Ehm ... atau aku suruh aja Tama sendiri aja ya buat ngelipat punya dia?" tanya Eshika pelan. "Tapi ...."

Eshika lantas meraih ponselnya. Berencana untuk menghubungi Tama yang pergi ke distronya.

Tadi setelah makan siang yang dilanjutkan oleh sesi baca novel berdua, ketika sekitar jam setengah lima, Tama memutuskan untuk pergi ke distro. Cowok itu bilang mau melihat-lihat sebentar. Sebenarnya sih tadi Tama mengajak Eshika untuk pergi juga. Ya siapa tau Tama juga berniat untuk mengajak dirinya jalan-jalan di akhir pekan kan ya? Tapi, dasarnya Eshika itu sadar tidak sadar sudah menjadi seorang istri. Eh, alamiah saja ia terpikir jemuran yang harus disetrika. Alhasil, Eshika lebih memilih menolak ajakan Tama dan justru berkutat dengan pakaian-pakaian mereka. Dan sekarang, setelah menyetrika pakaian, ia justru bingung dengan pakaian dalam Tama. Karena itulah Eshika pikir akan lebih baik kalau dia menghubungi Tama dan menanyakan pada cowok itu pakaian dalamnya yang belum dilipat mau diletakkan di mana.

"Halo .... Esh?"

Eshika mengerjap. Ternyata teleponnya sudah diangkat.

"Eh, Tam."

"Kenapa nelepon?"

"Ehm ... itu ..." Eshika melirik tumpukan celana dalam Tama. Eh, dia sekarang mendadak bingung harus ngomongnya seperti apa ke cowok itu.

"Kenapa, Esh? Ada masalah di unit?"

"Nggak, Tam, nggak," jawab Eshika cepat. Takut Tama justru khawatir dan bergegas pulang.

"Oh .... Aku tau aku tau."

Suara Tama di seberang sana mengalihkan pikiran Eshika. Ia lantas bertanya. "Tau apa?"

"Kamu mau nitip dibeliin sesuatu ya pas aku balik? Apa? Makanan?"

Eh?

Eshika melongo.

Terdengar suara Tama.

"Hahahaha. Udah. Jujur aja. Kamu mau aku beliin apa?" tanya Tama kemudian. "Mumpung aku masih di distro nih, soalnya mungkin bentar lagi aku jalan balik deh. Jadi sekalian jalan."

Sebenarnya sih Eshika tidak terpikir untuk minta dibelikan makanan sama Tama, tapi tetap saja. Cewek mana yang tidak mau kalau ditanya seperti itu? Sontak, otak Eshika berpikir.

"Enaknya malam ntar makan apa, Tam?" tanya Eshika kemudian. "Ayam tadi emang masih ada sih. Tapi, khawatir nggak cukup."

Tama mendehem. "Kamu mau makan apa?"

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang