57. Isi Hati

1K 66 0
                                    

Reki geleng-geleng kepala. Matanya bengong melihat Tama yang tak berkedip dari tadi memandang ke depan. Sudah habis kesabaran, akhirnya tangan Reki melayang. Memukul belakang kepala Tama hingga Tama kaget karena terlepas dari tangannya yang menopang dagu.

"Ya ampun dasar dedemit siang bolong!" rutuk Tama kesal pada Reki.

Reki mencibir. "Mbok ya kalau naksir cewek jangan nakutin gitu, Tam."

Mata Tama melotot. Reki dengan cepat menutup mulutnya dan melirik kanan kiri, khawatir kalau kalau ada orang yang mendengar omongannya barusan.

"Hati-hati kalau ngomong, Ki," kata Tama mengingatkan. "Aku nggak mau ini jadi semacam kedengaran bunyi duluan padahal pelatuk belum ditekan."

Reki terkekeh. "Ya masalahnya kamu juga sih, Tam." Cowok itu sedikit mendekati telinga Tama dan berbisik. "Nggak usah segitunya kali ngeliatin Eshika."

"Gitu gimana?" tanya Tama cemberut. Lalu kembali melihat ke arah Eshika.

"Berasa kayak psikopat lagi ngincar mangsa tau?" celetuk Reki bertanya. "Mana nggak pake kedip lagi."

Senyum malu-malu muncul di bibir Tama. "Ya mau gimana lagi sih, Ki. Namanya juga ...." Tama tak melanjutkan ucapannya.

Reki menarik napas. "Tapi, ya nyantai aja kali, Tam. Sorot mata kamu ke dia itu nggak beda dengan harimau yang sedang mengincar hewan buruannya. Tinggal nunggu waktu aja buat kamu sampe nerkam dia."

Glek.

Ucapan Reki membuat wajah Tama memerah.

Seketika saja ada satu pertanyaan yang terbersit di benaknya.

Eshika ngamuk nggak ya kalau mendadak aku nerkam dia?

Ehm ....

Atau justru dia bakal pasrah?

Sama pasrahnya kayak malam tadi?

Dua kali loh aku ngeliat kepasrahan dia semalam.

Aduh!

Harusnya semalam aku nggak pura-pura sok nahan diri demi kehormatan gitu.

Ya memang sih. Harusnya semalam terobos aja aduh ya ampun, Tam. Nyosor dikit atau banyak juga udah nggak jadi masalah. Orang Eshika udah jadi istri sah kamu. Dan malam tadi kan juga kamu liat sendiri gimana dia nggak nolak pas kamu mau cium bibir dia.

Ck.

Dan yang lebih penting lagi, itu pas kamu mau tinggalin dia bobok.

Hiks.

Kamu nggak sedih apa? Dia udah ngarep gitu buat dicium kamu, eh kamunya malah yang sok imut cium dahi.

Ehm ....

Ntar kapan-kapan deh aku beneran mau cium dia.

Tama meneguk ludahnya.

Cowok macam apa aku ini yang terang-terangan mikir rencana buat cium cewek?

Berasa psikopat beneran aja deh jadinya.

Lalu, Tama terlonjak lagi ketika Reki kedua kalinya memukul belakang kepalanya. Kembali membuat Tama geram sedangkan Reki hanya cengar-cengir tidak jelas.

"Kenapa?" tanya Reki. "Mau marah? Ntar aku ngadu loh ke yayang gebetan."

Mata Tama segera melotot. Walaupun saat itu di kelas mereka sedang tidak ada guru, tapi keadaan kelas sedang hening karena semua siswa sedang sibuk mengerjakan tugas yang guru mereka berikan. Jangan tanyakan mengapa Tama dan Reki tidak mengerjakan. Mereka percaya otak mereka lebih bisa diandalkan di saat menit-menit terakhir.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang