22. Salah Duga

1.3K 83 0
                                    

"Ya elah, Tam. Ini aku baru aja masuk ke Carrefour. Masih mau ngambil troli. Dan kamu udah nelepon aja."

Eshika menggerutu ketika mendapati ponselnya berdering. Dan ketika ia melihat siapa yang menelepon, ia sontak saja menggerutu. Tama menelepon dirinya. Tepat ketika kaki kirinya melewati ambang pintu Carrefour. Yang benar saja.

"Emangnya kenapa sih?" tanya Eshika sebal. Tapi, ia masih menyempatkan untuk tersenyum ketika mendapati seorang petugas membantu dirinya menarik troli belanja. "Terima kasih."

Di seberang sana terdengar suara Tama.

"Cari sayurnya yang seger ya, Esh."

Bola mata Eshika berputar. "Perasaan tadi kamu maunya masak sup gitu deh."

"Ya, tapi kan perlu wortel, kol, dan buncis."

Eshika geleng-geleng kepala. "Mau paket komplit beneran?"

"Ya dong, Esh. Biar aku bisa sehat beneran. Aku ini diare. Banyak ngeluarin cairan tubuh. Jadi, perlu asupan gizi dan vitamin yang banyak."

Walau tau tak berguna, tapi Eshika tetap saja mencibir. Detik selanjutnya ia berkata. "Iya iya iya. Terus apalagi?"

"Ehm .... Jangan lupa beli buah-buahan ya? Stok di rumah udah habis kayaknya."

"Iya. Buah apa aja? Jeruk?"

"No. Pepaya is better. Pepaya aja. Kiwi juga. Ehm ... kalau kamu mau beli jeruk juga boleh sih. Oh! Ada strawberry nggak? Anggur hitam?"

"Beli semua?" tanya Eshika tak percaya.

"Ya ... emang kenapa?"

"Banyak ya isi di debit yang aku bawa?"

"Meremehkan. Buat ngasih nafkah kamu sebulan aja itu lebih dari cukup," tukas Tama. "Kamu nggak tau omset distro aku berapa?"

"Nggak," jawab gadis itu malas.

"Dasar!" rutuk Tama. "Oh iya. Ada buah pisang kan ya? Beli juga."

Eshika mendorong troli dengan malas. "Ntar aku liat. Ini masih di tempat tepung-tepung."

"Oke. Terus sampo aku, Esh. Kayaknya sampo aku abis."

"Aku nggak tau sampo kamu merk apa, Tam."

"Ntar aku pap di WA."

Langkah kaki Eshika terhenti. Tampak sedang menyadari sesuatu. "Tam?"

"Apa?"

"Ini sebenarnya kamu beneran sakit atau lagi ngerjain aku biar belanja sih?"

"Eh! Aku mencret-mencret dibilang ngerjain kamu?"

Bibir Eshika mengerucut. "Yah maksud aku, mungkin diare kamu emang beneran. Tapi, apa hubungannya kamu diare sama nyuruh aku beli shampoo?"

Terdengar helaan napas Tama di seberang sana. "Ya elah, Esh. Kan namanya juga sekalian pergi. Apa salahnya coba sekalian beliin aku shampoo?"

Eshika terdiam.

"Ya udah. Kalau gitu nggak usah."

"Eh?"

"Bye."

"Ta---"

"Tiiittt ...."

Eshika melihat ke layar ponselnya dan mendapati panggilan itu telah berakhir. Memainkan bibirnya dengan kesal, gadis itu menggerutu. "Kenapa juga aku sampe heran? Mode anak manja pas sakit heh? Dasar."

*

Tama membawa kedua tangannya ke bawah kepala. Menopang kepalanya untuk berbaring lebih tinggi. Tak melakukan apa-apa, cowok itu memilih untuk mengamati langit-langit kamarnya.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang