74. Kesiangan

947 72 0
                                    

Ketika kesadaran telah membuat Tama terbangun dari tidurnya, cowok itu menyadari bahwa pagi itu sepertinya ada yang berbeda dengan ingatan terakhirnya sebelum tidur malam tadi. Dan hal yang berbeda itu justru membuat ia merasa begitu senang. Yah, bisa dipastikan bahwa itu adalah hal yang berkaitan dengan Eshika.

Walaupun baru bangun tidur, Tama masih ingat betul deh bagaimana keadaan mereka malam tadi. Eshika membelakangi dirinya sementara ia berusaha untuk menahan tangannya untuk tidak benar-benar memeluk gadis itu dari belakang. Entah mengapa, tapi Tama pikir memeluk gadis itu dari belakang agak sedikit berbahaya bagi pertahanan dirinya. Alarm peringatan sudah menyala di benaknya. Maka dari itulah Tama menahan diri. Mencoba untuk hanya mendaratkan tangannya di lengan atas Eshika. Hanya itu.

Tapi, hal yang berbeda terjadi di pagi itu.

Sewaktu Tama membuka mata, retina matanya serta merta menangkap tampilan langit-langit kamar Eshika. Lalu ia tersenyum saat menurunkan pandangannya dan menemukan bagaimana justru Eshika yang saat itu kembali memeluk dirinya. Seperti biasanya.

Tama mengulum senyum.

Malam tadi kayaknya ada yang nggak terima kalau aku apa-apain deh. Tapi, ini eh ... kok malah dia sendiri ternyata yang ngapa-ngapain aku. Hihihi.

Tangan Tama naik. Membelai-belai kepala Eshika dengan lembut. Menikmati beban wajah gadis itu di dadanya. Termasuk dengan tangannya yang melintang di perut Tama. Seakan tidak ingin kehilangan cowok itu selama tidurnya.

Untuk beberapa saat, Tama benar-benar menikmati hal itu, hingga kemudian tanpa sadar matanya melihat ke jam dinding. Mengerjap-ngerjap. Mendapati jam yang menunjukkan jam delapan lewat lima menit.

Be-be-bentar deh.

Kemaren itu sepakatnya mau ngumpul di sekolah jam berapa ya? Jam delapan pagi atau jam delapan malam?

Tama menurunkan pandangannya. Melihat Eshika yang terlihat begitu nyenyak menikmati tidurnya.

Beberapa menit kemudian, Tama dengan perlahan berusaha melepaskan diri dari gadis itu. Tama berusaha dengan pelan sekali saat memastikan Eshika beranjak dari tubuhnya tanpa mengganggu tidurnya.

Tama bangkit dari tempat tidur. Dengan cepat bergegas ke kamarnya dan meraih ponselnya. Langsung membuka setumpuk notifikasi yang memenuhi ponselnya.

[ Tam? ]

[ Tama? ]

[ Esh .... ]

[ Eshika? ]

[ Halo? ]

[ Ada orang di sana? ]

[ Masih bernyawa kan? Hahahaha. ]

[ Ini anak berdua di mana sih? ]

[ Nggak nyasar jalan ke sekolah kan ya? ]

[ Atau mereka berdua langsung ke Puncak? ]

[ Oiiii .... ]

[ Tam??? ]

[ Tama nggak lagi ngebunuh Eshika terus dikubur gitu kan ya? ]

[ Tam, kalau kamu nggak jadi pergi ya udah. Biar Eshika aku yang jemput. ]

Bangun tidur langsung aja ada pebinor nyari masalah ya. Bakal aku hajar juga nih cowok.

Tama menggeram.

Dengan cepat ia mengetik di grup chat tersebut.

[ Sorry baru ngabarin. ]

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang