31. Efek Yang Terjadi

1.1K 83 3
                                    

Eshika tertegun.

Beberapa detik yang lalu, entah mengapa ia merasa kesal setengah mati tatkala mengetahui bahwa yang datang adalah Tere. Eshika berpikir kalaupun Reki dan teman-temannya yang datang, mungkin gadis itu masih menerima hal tersebut. Tapi, ketika ia tau bahwa Tere juga ikut datang, seketika saja ia merasa kekesalan yang membuncah dan mengancam akan meledakkan dadanya.

Dasar itu cewek, rutuk Eshika di dalam hati. Nggak tau apa dia udah nganggu aku makan siang? Mana aku masih lapar lagi.

Eshika mengembuskan napas panjang.

Gara-gara belum kenyang, aku jadi mau ngamuk gini kan? Dasar Tere sialan!

Tapi, Eshika menyadari bahwa ia tak bisa berbuat apa pun. Bahkan bila seandainya di dalam kamarnya pun ada makanan, maka Eshika memilih untuk tidak makan. Bukannya apa, tapi ia khawatir saja nanti ia akan menimbulkan suara-suara yang akan mengundang curiga teman-temannya.

Waduh!

Eshika tidak mau hubungannya terungkap walau setitik rasa kesal di benak gadis itu sebenarnya justru terasa mengomporinya.

Gimana coba reaksi Tere kalau tau cowok yang dia suka udah nikah sama aku? Hwahahahaha.

Eshika tergelak di dalam hati.

Mau banget aku julurin lidah di depan wajah dia. Nggak tau apa dia lagi nyoba buat ngerayu suami orang? Dasar itu cewek! Memang ada bakat buat jadi pelakor.

Dadá Eshika mengempis ketika gadis itu menarik napas dalam-dalam.

Kamu salah besar kalau mau jadi pelakor dan ngadapin aku, Re. Bakal aku remuk-remuk juga kamu ntar.

Tangan Eshika meremas satu sama lain. Mungkin ia membayangkan tengah meremas muka Tere saking kesalnya.

Tama juga! Awas aja kalau dia sampe lupa janji dia kemaren! Sampe dia nerima Tere, beneran aku bakal adukan ke Mama.

Tapi, sejurus kemudian terdengar suara Tama yang berkata.

"Masalahnya aku yang nggak mau kamu peduliin! Bukannya Mama aku kemaren udah bilang ya? Kamu itu bukan tipe Mama. Jadi, otomatis aja kamu juga bukan tipe aku."

Mendadak saja senyum terbit di wajah Eshika. Menempelkan telinga di depan pintu, ia mendengar suara teman-temannya yang menimpali perkataan Tama barusan.

Eshika mencibir.

Noh, Re! Dengerin ya. Mama Tama aja nggak suka kamu. Gimana juga kamu mau deketin anaknya kalau Mamanya aja nggak suka?

Mata Eshika kemudian berkedip-kedip. Dahinya sedikit mengernyit ketika berusaha untuk mendengar lagi percakapan yang terjadi di luar sana.

"Oke! Buat kalian tau aja ya. Ini aku emang bukan makan bareng Mama, tapi aku abis makan bareng gebetan aku. Soal film, itu sama sekali bukan kesengajaan aku. Ntar lain kali aku putar Minions aja deh."

Kali ini Eshika terdiam sejenak.

Memangnya tadi Tama muter film apa ya? Ehm ... aku nggak terlalu merhatiin sih soalnya. Cuma sekilas ngeliat ada Amanda Seyfried. Tapi, aku juga nggak yakin sih itu tadi film apa.

Tapi, ngomong-ngomong soal film ... mendadak saja mata Eshika membulat. Tangannya sontak naik untuk menutup mulutnya yang menganga.

Ta-ta-tadi Tama ngomong apa?

Eshika meneguk ludahnya.

Aku abis makan bareng gebetan aku?

Syok!

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang