26. Cinta Aku?

1.2K 91 3
                                    

Mawar tampak membereskan piring kotor dengan tetap berusaha menghindari tatapan Tama. Cowok itu terlihat memandang ibunya kesal. Bersidekap dan tak berkedip menatap Mawar dari tadi. Dari wajahnya jelas terlihat bahwa Tama benar-benar tidak terima dengan kejadian pagi ini.

Kesal dengan tatapan Tama pada dirinya, tepat setelah membilas tangan di wastafel, Mawar berkata.

"Tam, yang Mama bilang itu benar. Dan itu untuk kebaikan kalian berdua."

Tama melongo. Tak percaya dengan apa yang telinganya dengar saat ini. Lebih lebih lagi tidak percaya dengan apa yang mulut Mawar katakan.

"U-untuk kebaikan kami berdua? Yang bener aja deh, Ma."

"Loh! Memang benar kok yang Mama bilangin." Mawar berkata dengan intonasi yang tidak ingin kalah dengan putranya. "Mama cuma nggak mau kalian kebablasan."

Kedua tangan Tama terhempas ke udara. Tidak percaya dengan apa yang telinganya dengar.

"Ma, dengar ya."

"Apa?" tanya Mawar seraya menarik kursi makan yang kosong. Duduk di hadapan Tama.

"Kami udah 18 tahun."

"Ya, Mama tau. Dan karena itulah kenapa Mama menyetujui pernikahan ini."

Tama memejamkan matanya dramatis. "Dan Mama tau artinya apa kan?"

"Apa?"

"Itu artinya kami berdua udah mulai dewasa, jadi kami tau apa yang udah boleh kami lakukan dan mana yang nggak boleh dilakukan. Termasuk ..."

Glek.

Tama meneguk ludahnya. Matanya melihat ke arah lain ketika lanjut berkata.

"... masalah begituan."

Mawar mencibir. "Bukan itu yang Mama lihat pagi ini."

"Ma," lirih Tama putus asa.

"Kamu mau bohongin Mama, Tam?" tanya Mawar. "Mama cuma nggak mau kalian mendadak punya anak, padahal kalian belum siap. Dan itu tugas kamu buat mengontrolnya."

Glek.

"Aku?"

"Ya tentu aja itu tugas kamu," lanjut Mawar. "Lagipula ya walau Mama nggak nyangka, sebenarnya Mama memang senang ngeliat kalian dekat gitu."

"Uhuk!"

Tama terbatuk.

"Tapi, ya bukan berarti kalian bisa kebablasan."

"Kami nggak bakal kebablasan, Ma," janji Tama. "Tadi pagi itu cuma kecelakaan doang. Nggak sengaja. Lagipula ya, Ma. Mama harusnya nggak gitu juga. Kasihan Eshika, Ma. Dia pasti udah ngira Mama mikir dia yang macam-macam. Kalau Mama mau ngomong, ngomong aja sama aku. Nggak perlu gitu sama dia."

Senyum simpul terbit di bibir Mawar mendengar perkataan Tama.

Nggak dikira, ini anak beneran perhatian dengan Eshika ya.

"Tapi, Tam .... Menurut kamu, Mama bakal percaya?" tanya Mawar dengan raut wajah mengejek. "Dengan keadaan kalian begitu dekat? Itu yang kamu bilang nggak sengaja?"

"Ehm ... itu..."

"Kalau yang tidur berpelukan kayak gitu tadi disebut nggak sengaja, terus yang sengajanya seperti apa, Tama?"

Sudahlah!

Tama tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Ia begitu kesal dan frustrasi hingga mengacak-acak rambutnya dengan geram.

"Sudah! Sudah!" kata Mawar mengulurkan tangan. Berusaha menarik tangan Tama agar melepaskan rambutnya sendiri. "Mama nggak masalah. Itu normal buat kalian yang sudah menikah buat tidur bareng. Ya walau tetep aja. Jangan sampe kebablasan."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang