13. Salah Mengira

1.2K 90 0
                                    

"Argh! Tama kenapa nggak ngangkat telepon aku dari tadi sih?" tanya Eshika semakin panik ketika taksi melaju di jalanan.

Ia tampak sedikit memajukan tubuhnya dan berkata pada sopir taksi tersebut.

"Pak, tolong agak cepet dikit ya, Pak. Saya udah dimarahin Mami saya, Pak."

Sopir itu melirik melalui spion, menangkap kepanikan yang terpancarkan dari raut wajah Eshika. Ia mengangguk dan berkata. "Baik, Non."

Eshika kembali beralih pada ponselnya. Berusaha menghubungi Tama untuk yang ke sekian kalinya. Tapi, tetap saja tak diangkat. Dan karena itulah Eshika kemudian membuat Whatsapp. Mengecek pesannya. Dari tadi pesan pun telah gadis itu kirimkan. Centang dua abu-abu. Terkirim, tapi cowok itu tidak membacanya.

Seketika saja pikiran buruk muncul di benak Eshika.

Ini Tama sengaja nggak ngebaca pesan aku ya? Biar aku tewas gitu dimarah Mami?

Argh!

Rasa-rasanya sekarang Eshika ingin menjambak rambutnya sendiri saking kesal dan frustrasinya. Tanpa sadar, Eshika menggigit ujung kukunya. Kebiasaan buruk dari ia kecil kalau mendadak tertekan.

Apa aku ngubungi Mami ya?

Tapi, aku takut.

Dibandingkan dengan Mami yang duluan ngubungi kan?

Mungkin lebih baik aku ngubungi Mami dan langsung minta maaf deh.

Kalau aku ngumpet-ngumpet gini, takutnya justru Mami makin marah.

Pasti jadi tambah buruk lagi.

Menarik napas dalam-dalam, akhrinya Eshika membulatkan tekad untuk menghubungi Popi. Sepertinya ia tak memiliki pilihan lain selain menghubungi Popi, menjelaskan apa yang terjadi, mengakui kesalahannya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Lebih baik dimarah sekarang, daripada nanti-nanti. Dan lebih baik mengakui kesalahan, daripada dihakimi.

Beberapa saat, Eshika menahan napas ketika mendengar nada tunggu di panggilannya. Tak lama kemudian, telepon itu diangkat. Terdengar suara Popi di seberang sana.

"Eshika?"

Eshika mengingatkan dirinya untuk tetap bernapas, berusaha untuk tetap tenang menghadapi Popi.

Semarah-marahnya Mami, tentu aja Mami nggak bisa ngejewer telinga aku, pikir Eshika menenangkan diri.

"Mi ...," lirih Eshika pelan bersiap dengan luapan kemarahan Popi. Ia menarik napas dalam-dalam. "Aku minta maaf banget. Aku tau aku salah. Dan aku janji nggak bakal ngulangin ini, Mi. Sumpah, Mi! Aku janji."

"Minta maaf?"

"Iya, Mi. Aku bener-bener minta maaf. Aku tau yang aku lakuin salah. Nggak seharusnya aku pergi sampai semalam ini. Tapi, aku baik-baik aja kok, Mi. Mami nggak usah khawatir atau cemas gitu. Ini aku juga udah di jalan mau balik ke tempat Tama kok. Please, Mi .... Jangan marah ya, Mi. Ya ya ya, Mi? Paling juga sekitar sepuluh menit lagi aku sampe di apartemen, Mi."

Terdengar samar, Popi menarik napas di seberang sana. "Sekarang kamu sama siapa? Tadi pergi dengan siapa?"

"Ini di taksi, Mi. Sama Bapak sopirnya. Apa Mami mau ngomong dulu---"

"Kamu pergi dengan siapa tadi?!"

Eshika ciut seketika mendengar bentakan Popi. "Sama Alex, Mi," jawab Eshika dengan pelan, tanpa sadar sudah menundukkan wajahnya dalam-dalam sedangkan satu tangannya yang bebas meremas rok seragamnya hingga kusut.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang