34. Jalan Pertama

1.1K 82 2
                                    

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Eshika dan Tama sudah memasuki Gramedia. Keduanya langsung saja menyasar ke rak-rak novel yang berjajar dengan rapi di dalam sana. Seraya melihat-lihat novel yang tersusun di sana, Tama bertanya.

"Novel yang gimana, Esh, yang dijadiin tugas?"

Eshika mengulurkan satu tangan. Meraih satu novel Indonesia yang terpajang. "Kata ibu sih bebas. Asalkan buku itu baru terbit. Terbitan mana aja nggak jadi masalah."

"Ehm ...."

Tama bingung.

"Kenapa?" tanya Eshika.

"Aku nggak suka baca, Esh. Apalagi baca novel. Jadi aku beneran buta deh untuk tugas ini," jawab Tama jujur. "Enaknya aku buat tugas pake novel apa ya?"

"Novel terjemahan?" tanya Eshika menggoda. "Nih! Lisa Kleypas, mau?"

Dahi Tama mengernyit. "Aku nggak tau itu cerita apaan."

Eshika tertawa. Meletakkan kembali novel karya Lisa Kleypas, gadis itu justru meraih satu novel milik Sandra Brown.

"Atau ini aja. Mau?"

Tama mengambil novel itu dan membaca blurb-nya. Beberapa saat kemudian, ia menatap pada Eshika.

"Sepertinya ini novel romantis ya?"

Eshika tergelak. Lumayan kuat hingga menarik perhatian pengunjung lainnya. Secepat mungkin Tama meletakkan kembali novel itu di rak.

"Kamu mau ngerjain aku, Esh?"

Eshika menjauhi Tama. "Aku nggak mau ngerjain kamu kok. Beneran. Kan aku cuma nawarin ke kamu. Kalau kamu nggak mau ya udah."

"Dasar," rutuk Tama. "Awas aja kalau kamu ngerjain aku lewat tugas ini."

Lalu, langkah kaki Eshika terhenti di rak novel terjemahan genre fantasi. Gadis itu tampak melihat dari atas bawah. Membuat Tama yang semula menyusulnya dengan rutukan, terhenti juga langkah kakinya. Diam-diam mengamati Eshika yang sedang membaca-baca judul novel di sana.

Sejurus kemudian, Eshika sedikit menundukkan tubuhnya. Mengulurkan tangan untuk mengambil satu novel dengan sampul yang sederhana bernuansa warna hijau. Ia lantas menyodorkannya pada Tama.

"Ini aja deh, Tam. Walau aku nggak baca cerita tipe ginian, tapi kayaknya ini lebih ke fantasi dan petualangan gitu deh. Coba aja baca blurbnya."

Tama menyambut novel yang ditawari oleh Eshika. Membaca judulnya. "The Lord of The Rings. The Fellowship of The Rings. Ehm ...." Tama menggumam pelan seraya membalikkan novel itu untuk membaca blurb di belakangnya. "Di sebuah desa yang tenang di Shire, seorang hobbit muda bernama Frodo Baggins mendapat warisan cincin bertuah yang menyimpan kekuatan dahsyat. Agar cincin utama itu tidak jatuh ke tangan Sauron yang jahat, Frodo mesti mengadakan perjalanan panjang dan penuh bahaya ke gunung api di Mordor, untuk memusnahkan cincin tersebut."

Eshika menatap Tama yang tampak fokus membaca pelan blurb novel terjemahan tersebut. Terlihat Tama menarik napas sekilas sebelum melanjutkan membaca.

"Bersama kedelapan sahabatnya, ia berangkat. Dipimpin oleh Gandalf Sang Penyihir, kesembilan pembawa cincin itu memulai perjalanan. Tapi, Sauron dan para anak buahnya tidak tinggal diam."

Selesai membaca blurb tersebut, Tama menarik napas panjang sekali. Ia mengangkat wajah dan menatap Eshika.

"Ehm ...," dehemnya kemudian sambil manggut-manggut.

"Gimana?" tanya Eshika. "Ini pas kan buat kamu? Kan bau-bau petualangan gitu. Sebelas dua belas sama kamu. Hampir-hampir mirip gitu."

"Eh? Hampir mirip apa?"

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang