Tama mendapat telepon dari Mawar, tepat ketika ia akan beranjak dari unitnya. Membuat ia yang semula yang mengambil kunci mobil demi mencari Eshika, sontak mengurungkan niatnya demi mengangkat telepon itu. Dan setelahnya, Tama merasakan kelegaan. Terlepas dari kenyataan bahwa ia langsung saja dicerca amarah oleh Mawar, setidaknya Tama tidak akan cemas mengenai keberadaan Eshika. Gadis itu berada di tempat yang aman.
Glek.
Tapi, sesuatu melintas di benaknya. Ia menepuk dahi.
Ya ampun. Alamat Eshika ngadu ke Mama ini ceritanya.
Mengembuskan napas panjang, Tama kemudian beranjak. Tapi, ketika ia lagi-lagi akan meraih daun pintu, ponselnya kembali berdering. Dan kali itu adalah Eshika yang meneleponnya.
Gugup dan gemetaran, Tama justru terheran-heran ketika menyadari bahwa Eshika menghubungi dirinya hanya karena perkara pakaian. Tapi, setelah telepon itu terputus, Tama langsung terduduk lega di ruang tamu.
Ah, sepertinya Eshika udah nggak marah lagi. Ehm ... kira-kira apa ya yang dibilang Mama sampe-sampe justru Eshika yang duluan nelepon aku?
Bangkit dari duduknya, Tama mengingatkan diri sendiri untuk menanyakan hal itu pada Mawar nanti. Sekarang, ia punya tugas yang harus dilaksanakan. Yaitu membawa pakaian Eshika.
Tama membuka pintu kamar Eshika. Langsung menuju ke lemari pakaiannya. Dan ketika ia membuka pintu lemari itu, entah mengapa mata Tama justru langsung tertuju pada benda yang berpita-pita dan berenda-renda.
Glek.
Sekuat tenaga Tama mencoba melihat ke arah lain.
"Ehm .... Baju ...."
Tama mengulurkan tangan. Mengambil sehelai kaos yang ia lihat sering Eshika pakai kalau sedang di unit. Juga dengan celana pendek selutut yang juga sering Eshika pakai.
Dan ketika dua helai pakaian itu telah berada di tangannya, Tama kemudian berpikir.
"Pakaian yang dimaksud Eshika tadi, itu sekalian sama pakaian dalam juga nggak sih?"
Tama menarik napas dalam-dalam.
Ya kali, Tam. Masa yang di dalam nggak dipakein apa-apa!
Mata Tama memejam dengan dramatis. Tidak ingin membayangkan, tapi eh ....
"Wah!"
Tama menggeram.
"Kenapa juga Eshika nyuruh aku bawain dia pakaian?" tanya Tama setengah merutuk. "Dan ...." Matanya kembali berpaling ke tumpukan pakaian dalam Eshika. "Aku harus bawa yang mana? Aku nggak tau yang biasa Eshika pake di rumah yang mana."
Aaaargh!
Tama mencak-mencak.
Ya Tuhan.
Tama meletakkan kaos dan celana Eshika di atas tempat tidur. Berkacak pinggang melihat bra dan celana dalam Eshika yang terlipat rapi di dalam lemari layaknya tentara perang yang sedang berhadapan dengan serangan teroris.
"Ada beda nggak sih yang pita sama yang renda?" gumam Tama bertanya pada dirinya sendiri. "Argh! Masa aku nelepon dia buat nanya dia malam ini mau pake yang mana?"
Tama membayangkan di benaknya.
"Esh? Malam ini kamu mau pake yang pita atau yang renda?"
Tubuh Tama seketika bergidik.
"Ya Tuhan. Tolong! Ini bawain yang mana?"
Mondar-mandir, Tama meremas rambutnya. Berpikir. Lalu, sejurus kemudian wajah Tama terlihat semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Tapi Menikah "FIN"
RomansaJudul: Sekolah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (16+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "Tapi Menikah" ****** "BLURB" Sekolah tapi sudah menikah? Eshika Veraria tidak pernah bercita-cita seperti itu. Tapi, ketika Mami harus melanjutkan...