5. Kehidupan Baru Dimulai

1.8K 110 2
                                    

Sejam yang lalu, Eshika, Tama, dan orang tua mereka sampai di apartemen Tama.

Apartemen mewah yang terkesan rapi untuk ukuran cowok seperti Tama.

Itulah yang Eshika pikirkan pertama kali ketika ia menjejakkan kaki di sana. Dan sejujurnya saja, itu juga adalah pertama kalinya Eshika datang ke apartemen Tama. Yang nahasnya, kedatangan pertamanya justru langsung dengan niat tinggal di sana bersama dengan cowok itu. Benar-benar membuat Ehika geleng-geleng kepala.

Apartemen itu luas. Ada satu ruang tamu dengan sofa bewarna krem. Lalu, ketika langkah semakin masuk, maka akan didapati dua kamar yang berdampingan. Satu kamar utama dan satu lagi kamar tamu, itu jelas.

Ada dapur minimalis dengan meja makan kecil berkursi dua. Ruang menonton dengan satu televisi layar datar yang menempel di dinding. Kamar mandi umum yang terletak di dekat dapur. Serta balkon multifungsi yang menghadap pada gedung-gedung perkantoran. Dari atas sana, mereka bisa melihat birunya air kolam renang.

Jelas. Apartemen itu merupakan hunian yang mewah untuk kategori siswa SMA. Tapi, Eshika tak heran. Orang tua Tama memang kaya.

Setengah jam kemudian, orang tua mereka pun pergi dari sana. Meninggalkan Eshika dan Tama yang tampak canggung di ruang tamu.

Diam-diam dalam hati, mendadak Tama merasa kesal juga dengan dirinya sendiri.

Kenapa aku tadi malah kepancing gini sih? Ya elah. Jadi beneran tinggal satu rumah bareng Eshika ini ceritanya.

Cowok itu menarik napas dalam-dalam. Ingin mundur sekarang sih sudah tidak bisa lagi.

Argh, Tama begok! Kenapa sih kamu itu mudah banget terprovokasi dan ngambil keputusan secara mendadak gini? Lihat hasilnya!

Penghuni baru di apartemen kamu yang bernama Eshika.

Berusaha untuk tidak semakin menyalahkan dirinya sendiri, Tama lantas melirik barang-barang Eshika di depan pintu. Lalu, ia bertanya.

"Kamu nggak mau nyusun barang-barang kamu?"

Eshika tergugu dari lamunannya. "Eh ..., iya."

Gadis itu berdiri dan segera saja menarik barang-barangnya. Tapi, karena barangnya itu banyak, maka yang terjadi adalah barang-barang itu kompak berjatuhan. Tama mengumpat melihatnya.

"Kamu ini!" rutuknya. "Bawa satu persatu kali. Ya kali mau dibawa sekaligus."

Eshika mencibir. "Ini barang-barang aku kok. Kenapa kamu yang sewot?"

"Ini apartemen aku loh. Jelas aja aku sewot kalau kamu ngelecetin rumah tempat tinggal aku. Udah numpang, eh banyak tingkah lagi."

Eshika terdiam.

"Atau kamu mau pindah tempat tinggal?" tanya Tama mengejek. "Sana pergi aja kalau mau. Paling-paling ntar Mami yang nyeret kamu balik lagi ke sini."

Seraya mendengus kesal dan tak membalas ejekan Tama, Eshika menarik satu travel bag dan membawanya masuk ke kamar tamu yang akan ia tempati. Terdengar suara gaduh dari luar. Ketika Eshika menoleh, Tama tampak membawa masuk semua barang-barang Eshika.

Tama membanting satu boneka beruang berukuran sedang ke atas tempat tidur. "Kenapa juga kamu bawa boneka ke sini?" tanya Tama. "Kayak anak kecil."

"Suka-suka aku lagi, Tam. Namanya juga udah kebiasaan."

"Kebiasaan anak kecil."

"Iya, iya. Kebiasaan anak kecil." Eshika menggeram. "Udah. Kamu keluar sana. Aku mau beres-beres."

Tama mencebik. Bahunya naik sekilas. "Up to you. Aku juga mau istirahat."

"Eh, Tam," panggil Eshika kemudian.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang