48. Pertengkaran

954 72 1
                                    

"Tam ...."

"Tam ...."

"Tama ...."

Eshika tergesa-gesa berusaha berlari untuk mengejar Tama yang berjalan begitu cepat. Bahkan dengan berlari saja, Eshika kesusahan untuk mensejajarkan langkah kakinya dengan cowok itu. Dan karena itulah juga mengapa Eshika tak menghiraukan orang-orang di sekitar dan memanggil nama cowok itu dengan suara yang kuat. Tapi, Tama seolah tak mendengar panggilannya. Ia terus saja berjalan hingga menuju ke tempat di mana mobilnya terparkir.

Tama mengeluarkan kontak mobilnya. Membuka kuncinya, tanpa kata-kata langsung masuk ke mobil.

Eshika menggigit bibirnya. Menguatkan hatinya, membuka pintu, dan lalu masuk pula.

Mengetahui bahwa Eshika telah masuk, Tama tanpa merasa perlu untuk menunggu gadis itu sampai mengenakan sabuk pengamannya, ia dengan segera melajukan mobilnya. Membuat Eshika melotot ngeri. Khawatir kalau kalau seandainya Tama mendadak hilang kendali. Tapi, setidaknya Tama masih bisa berpikir waras ketika menghentikan laju mobilnya sejenak saat melewati portal parkir. Eshika tak habis pikir kalau seandainya Tama justru menabrak portal parkir itu.

"Tam ....," panggil Eshika lagi.

Tapi, Tama benar-benar bergeming. Jangankan menyahut atau menoleh, ia bahkan melirik sedikit pun tidak. Hingga membuat Eshika meneguk ludahnya berulang kali.

Ngeliat tadi pagi Tama ngamuk emang mengerikan, tapi kalau dia diam menyeramkan kayak gini jadi lebih mengerikan lagi.

Kedua tangan Eshika meremas sabuk pengaman di depan dadanya. Memutuskan untuk tidak mengganggu Tama. Bagaimanapun juga, ia tidak ingin mengganggu konsentrasi Tama yang sedang menyetir di saat cowok itu tengah benar-benar merasakan kemurkaan yang begitu memuncak. Salah-salah nyawa mereka berdua bisa terancam.

Sedangkan Tama, bukannya tidak mendengar dari tadi Eshika memanggil namanya, tapi ... Tama khawatir kalau ia menoleh ia akan melepaskan kemurkaannya pada orang yang salah.

Ya tentu saja Tama tau bahwa yang salah Alex, tapi ....

Argh!

Setiap kata-kata yang Alex katakan pada Eshika tadi dengan jelas mampu didengar oleh Tama. Ia tidak masalah dengan omongan cowok itu yang menjelek-jelekkan dirinya. Jangankan membuat ia kesal, kepikiran sedikitpun tidak. Toh untuk apa ia memedulikan omongan orang lagi. Tapi ..., ketika Alex berniat untuk menyentuh Eshika, itu rasanya benar-benar membuat Tama merasakan kemarahan yang sangat besar.

Dia berani-beraninya mau nyoba nyentuh Eshika!

Tangan Tama meremas kemudi dengan begitu kuat. Mungkin ia menganggap kemudi itu adalah leher Alex dan saat ini ia sedang berusaha untuk menghajar cowok itu. Bahkan tanpa sadar cowok itu lantas menggeram kuat dan memukul kemudi itu. Hingga membuat Eshika tersentak di sebelahnya.

Ya Tuhan.

Tama beneran ngamuk.

Aku ... aku mesti ngapain sekarang?

Eshika semakin meremas sabuk pengaman. Bahkan tanpa sadar ia membaca doa di dalam hati saking takutnya.

Ketika mereka tiba di parkiran apartemen, Tama segera turun. Eshika pun bergegas mengejar cowok itu sebelum dikunci di dalam mobil.

"Tam ...."

Tama masih tidak mengindahkan dirinya. Beberapa orang petugas di gedung apartemen hanya terbengong-bengong melihat bagaimana Eshika yang mengejar Tama. Terutama ketika mereka menyadari bahwa Tama sama sekali berbeda dengan Tama yang biasanya. Bahkan aura membunuh seolah menguar dari tubuh cowok itu. Tak ada sapaan yang mereka dapatkan malam itu. Jelas membuat mereka semua tau, Tama sedang marah.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang