9. ( ! ) ✔️

350 40 3
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 9. ( ! ) ✔️ ]


"HAHAHA! MAKANYA, JADI CEWEK TUH JANGAN KECENTILAN! SOK-SOK-AN PINDAH KE SINI. MAU JADI RATU LO?! MIMPI!" makinya begitu menyakitkan bagi Nadya.

Kebetulan, hari ini Arga mendapatkan giliran piket. Lelaki itu berada di depan papan tulis menyaksikan semuanya sejak tadi sembari mendengarkan headset kabel di satu telinganya saja seraya menyapu lantai kelas. Pemuda itu berdecak seraya memutar bola matanya malas.

Lelaki itu pun mengambil tong sampah yang tersedia di depan kelas. Sembari berjalan ke arah pemuda yang menindas Nadya, Arga langsung menyiramkannya pada tiga orang yang mengolok-olok Nadya tadi ketika ia sudah tepat berada di hadapan mereka.

"Ups, kejatuhan ya? Sorry sorry, lo NGGAK KELIATAN soalnya," ucap Arga yang berakting seolah tidak sengaja.

"HOI! DI SINI ADA ORANG! MATA LO KE MANA, HAH?!---" serunya terlihat sangat marah karena disiram begitu saja. "O-oh... L-loh Kak Arga? Kenapa ada di sini ya? Bukannya udah sore ya?" tanya lelaki itu terlihat gagap selepas melihat jika orang yang menyiramnya itu adalah Arga.

"Gue piket," jawab Arga dengan ekspresi datar dan tatapan rendah.

"Ohhh.... Lo piket ya. Oke deh, semangat ya! Hehe." Cengegesan laki-laki bodoh itu tertawa kecil berusaha menghindari amukan Arga. Sebab bagi mereka, bahaya jika Arga marah.

"Omong kosong!" umpat Arga berlirih seraya melepaskan tong sampah itu dari tangannya ke lantai sampai semua orang yang masih berada di kelas menoleh padanya seorang karena bunyi nyaring yang dihasilkan tong sampah itu. "Lo pikir sopan gitu, numpahin sampah-sampah menjijikkan lo ke atas kepala cewek, hah?" tanya Arga menarik kerah seragam salah seorang pemuda yang menindas Nadya.

"Eh?" heran laki-laki itu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kak Arga, lo kenapa sih? Katanya lo benci sama nih cewek. Terus, sekarang kenapa bela dia? Jangan-jangan, lo udah mulai punya rasa nih?" terka temannya pemuda bodoh tadi.

"Menurut lo, siapa yang membenci? Gue atau lo? Jadi, yang berhak mengendalikan sifat itu siapa? LO ATAU GUE, HAH?!" seru Arga melotot membuat pemuda yang berani menindas Nadya meneguk salivanya seraya bergidik ngeri.

"Heh, dengerin gue, lo itu banyak gaya! Sampah masyarakat! Beban keluarga! Beban kelas! Beban dunia!! Pick me boy! MENDING, LO CABUT DARI HADAPAN GUE SEKARANG ATAU---!" Caci Arga tidak main-main seraya melototi pemuda yang kerah seragamnya tengah berada di genggamannya.

"IYAA! AMPUN-AMPUN!!" laki-laki itu meminta ampun seraya memejamkan matanya karena mentalnya tengah ciut.

"Nadya, kita bertiga minta sorry ya. Kita nggak bermaksud jahilin lo keterlaluan gitu kok. Lo-nya sih, salah siapa imut banget," ujar lelaki itu menoleh Nadya dengan mata sayup yang memelas masih mencoba mencari penyakit.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang