45. ( !? ) ✔️

140 15 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 45. ( !? ) ✔️ ]

"Nggak ngotak! BERANI BANGET LO SENTUH CEWEK GW!" celetuk tiba-tiba Arga dari belakang Rajendra datang bersama motornya dengan teman-temannya.

"B-Bu polisi?" syok Frea bingung melihat apa yang tengah terjadi di sana.

"Ya?" sahut Bu polwan dengan nada heran.

"Kenapa mereka berdua.... Bisa datang bersamaan di sini?" tanyanya Frea menoleh polwan sambil mengernyitkan dahinya.

"Maaf? Saya hanya memanggil beliau tadi. Saya tidak memanggil sekelompok anak muda seperti geng motor yang baru datang itu," jawab Bu polwan menjelaskan.

"Ma-maaf, tapi yang memanggil sekelompok geng motor itu, saya," ungkap Frea.

"Apa?! Mbak Frea, kenal dengan mereka?!"

"Mereka itu temannya nona Nadya di sekolah. Hubungan pertemanan mereka dengan nona cukup baik. Jadi, saya rasa nggak ada masalah membiarkan mereka menjaga nona."

"Tapi mereka itu keliatan menakutkan banget loh, apa Nadya nggak takut?!" heran polwan itu.

Tatkala di luar, geng motor Arga menghadang Rajendra dan anak buahnya untuk pergi dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Heh, gw bingung, sebenarnya lo nargetin siapa," kata Arga seraya turun dari motornya, melepas helm dan berhadapan langsung dengan Rajendra. "Tapi yang pasti, lawan pertama lo gw dulu!" tegas Arga mendorong dada Rajendra dengan kasar.

"Kita ini sepupu. Lo juga sering di kasih tempat tinggal di rumah gw. Lo nggak takut bokap gw marahain lo kalau halangin seluruh rencana gua?" Rajendra tersenyum licik berusaha mengancam Arga.

Arga tertawa kecil mendengsr ancaman dari sepupunya itu. "Halo? Tanpa rumah kuno lo itu pun, gw punya sendiri kali!" tukas Arga berbicara dengan penuh keyakinan.

"Lo itu maunya apa sih, hah? Mau kehilangan orang tersayang lagi!?" celetuk Rajendra membuat Arga geram.

Arga kicep dengan wajah yang membengis dengan kecepatan nafas naik turun yang bersama amarah.

"Ini udah yang ke seribu kalinya gua ingetin, jangan sok nasehatin gua. Ngerti!?" tekan Rajendra menudingkan jari telunjuknya pada Arga. "Lo bukan siapa-siapa gua! Jangan bersikap seolah lo mengenal gua!"

Kalian tahu, perkataan itu setajam silet, yang jika disalahgunakan akan melukai seseorang. Sekali diobati, hasilnya tetap membekas, dan rasanya tetap ada walau bekasnya sudah menghilang. Hanya dengan beberapa patah kata, bisa membuat sebuah hubungan retak, dan hancur tanpa kata selamat tinggal. Bahkan, sebagian orang menyesali setiap perkataannya ketimbang diamnya mereka.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang