•••
•••
[ 46. ( "+" ) ✔️ ]
"Ini, benar-benar ayah?" Nadya yang merupakan seorang anak saja tidak begitu hafal dengan wajah ayah kandungnya sendiri.
Pria itu lantas tersenyum hangat seraya melepas pelukannya. "Maaf ya, kamu sampai nggak hafal wajah ayah sendiri, gara-gara ayah sibuk bekerja."
Benar, pria itu adalah Ayah Nadya, Bian Atalla. Beliau pergi keluar kota untuk bekerja, sedari Nadya masih terduduk di bangku kelas 3 SD. Apalagi, banyaknya tugas tambahan, seperti berpergian ke luar negara, tanpa pulang ke rumah sekali pun.
Oleh karena itu, Nadya hampir melupakan wajah seorang ayahnya sendiri karena saking lamanya tidak pulang ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Tentu saja, walau begitu, gadis itu tetap sangat merindukan sosok ayahnya. Bahkan,
"Ayah juga rindu kamu kok," ucap Pak Bian mengelus kepala anaknya. "Maaf ya, ayah nggak pernah hubungi kamu."
"Jadi, ayahnya Nadya itu pemimpin polisi yang terkenal itu!?" Rian dengan wajah tercengang melihat kepala Polisi memeluk seorang Nadya, nampak seperti hubungan ayah anak yang sangat dekat.
"Pantas aja waktu itu polisi-polisi mau membantu kita yang terkepung sama anak buahnya Rajendra" ungkap Arga bergumam.
Nadya pun melepas pelukannya. Arga yang berjalan ke arah Nadya tiba-tiba membungkukkan badannya pelan-pelan di depan Ayah Nadya, lalu menempelkan kedua telapak tangannya untuk bersalaman pada ayah Nadya.
"Assalamu'alaikum, bapak mertua!" sapa Arga membungkukkan badannya dengan rasa hormat.
"HEH BANG—HAIS!" protes Rian yang kemudian mengenduskan nafas kesalnya.
"Maaf, pak, dia bucin. Tolong jangan dihiraukan." Robin menyelak maju, lalu bersalaman dengan Ayah Nadya.
Pak Bian hanya bisa tersenyum dengan tawa kecilnya dari wajah ramahnya itu.
"Nadya adik gue!" tukas Rian berucap lantang di depan ayah Nadya.
"Nadya bukan stok manusia buat kalian," kata Robin membuat Rian tersipu malu karena mengatakan hal tadi.
"Dih, siapa lu ngatur gue?!"
"Nadya, ayahkan udah pernah bilang ke Nadya, kalo mau ketemu ayah, kamu bisa tahu lewat 'kode' itu" kata ayah Nadya berbisik di tengah keributan Robin dan Rian.
"Tadi aku cuma ingin menyapa polisi di sini. Dan plus-nya juga bertemu ayah," ujar Nadya berusaha mengelak.
"Hm. Begitu ya," sahut Pak Bian mengangguk. "Oh ya, bagaimana dengan keadaan saudaramu Nayyara? Apa dia baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...