•••
•••
[ 38. (...) ✔️ ]
Nadya langsung kicep, tertunduk diam merenungi sesuatu. Gadis itu sontak berbalik badan, berlari kecil masuk ke dalam kamarnya.
"Nona Nadya...." gumam Frea khawatir dengan keadaan Nadya. Bukan persoalan fisiknya, melainkan mentalnya. Menurut pandangan Frea sendiri, Nadya telah mendapatkan banyak perilaku tidak adil oleh beberapa manusia di dunia ini. Hadirnya Frea, Arga dan kawan-kawan, mungkin saja bisa meredakannya sejenak perasaan kesepiannya itu.
Tatkala Nadya berada di dalam kamarnya, ia teringat kejadian saat dulu masih di masa putih biru, tepatnya saat kelas tujuh.
FLASHBACK ON
"HEH, NADYA! CEPET BAWAIN GUE MAKANAN, MUMPUNG KANTIN LAGI GAK RAME!" titah seorang gadis muda sebaya dengan Nadya tengah duduk di kursi kantin bersama kedua temannya, menatap Nadya yang berdiri di belakang gadis muda itu.
Nadya terdiam dengan perasaan yang jelas ingin menolak perintah gadis itu. Hal itu justru malah membuat gadis songong itu semakin geram.
"BURUAN! JANGAN LELET DEH JADI ORANG!!" bentak gadis sebaya Nadya itu memaksa sambil menegaskan bentakkannya, membuat seluruh lirikan orang-orang di kantin terpusat pada sumber bentakan tersebut.
"Heh, lo bisu ya?" ketus teman gadis songong itu mendorong bahu Nadya dengan kasar.
Nadya diam tidak menjawab. Ia hanya menatap mereka dengan tatapan yang menunjukkan rasa tidak bersalah ataupun takut. Hanya saja tidak mau berurusan lebih dalam dengan urusan apa-apa.
"GUE LAGI NANYA SAMA LO, BANGSAT!" bentak teman gadis songong itu menarik kerah seragam Nadya dengan kasar.
"Iya aku beliin!" Nadya menurut dengan wajah yang tegas. "Mana uangnya?" ia mengadakan telapak tangannya meminta uang untuk membeli apa yang diperintahkan gadis songong itu.
"Hah? Uang? Lo bilang mana uangnya?" heran gadis songong itu mengulangi ucapan Nadya. "PAKE UANG LO SENDIRILAH, ANJING!"
"What?! Ini lo yang mau! Jelas seharusnya pakai uang lo, tol—"
"Nggak usah banyak bacot! CEPET BELIIN!!" tegasnya paksa sambil membentak Nadya.
Nadya langsung pergi untuk membelikan makanan yang dibelinya dengan uangnya sendiri.
Tatkala Nadya membeli makanan di kantin, seluruh sorot mata memperhatikannya dengan aneh dan menyakitkan. Nadya jelas sangat tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan cara yang tidak menyenangkan ini. Setidaknya, biarkan dia dipandang sebagai siswi biasa yang membeli makanan di kantin, bukan sebagai korban pembentakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...