•••
•••
[ 37. ( ♡100+ ) ✔️ ]
"Nona! Tunggu saya!" ujar Frea dari arah belakang Nadya berlari menyusul Nadya. Nafasnya naik turun seusai bisa menghampiri Nadya di sampingnya. "Kalian! kalian baik-baik saja 'kan?" tanya Frea cemas."Iya," jawab Arga bersama sedikit darah tiba-tiba mengalir dari sudut mulutnya. Dengan cepat, ia langsung menyeka menggunakan telapak tangannya.
"Tapi Anda sampai berdarah gini, Tuan Arga," kata Frea cemas melihat Arga seperti itu.
"Nggak masalah. Yang penting semuanya udah berakhir." Arga lantas tertawa kecil melihat semuanya sudah berakhir damai.
Nadya menatap Arga begitu dalam, membuat lelaki itu ketika menyadarinya langsung salah tingkah dan menjadi gugup. Bagaimana tidak, tatapan yang begitu dalam itu tanpa sedikit pun ia berkedip membuat jantung Arga qosidahan.
Nadya mendekat pada Arga yang membelakanginya karena tidak ingin dilihat wajahnya yang tengah salah tingkah.
Gadis itu menyentuh bahu Arga, membuat lelaki itu sedikit tersentak kaget. "Ehh!" desisnya terkejut.
Nadya mengeluarkan sebuah saputangan dan memberikannya pada Arga.
"Hah? Apa?" tanya Arga.
"Buat kamu," jawab Nadya dengan sorot mata peduli.
"Enggak, maksudnya gw—"
"Tendangan pria tadi bikin kamu terluka sampai darah keluar gitu ’kan? Mana bisa aku biarkan begitu saja."
Arga memalingkan wajahnya sejenak sembari menggigit bibir bawahnya. "Lo nggak pa-pa?" tanya Arga.
"Harusnya aku yang bilang gitu. Kan kamu yang terluka sampai berdarah."
Pemuda itu tertawa kecil. "Enggak. Maksud gw, lo nggak pa-pa mau kenal dekat sama orang kayak gw?"
"Emangnya ada apa? Ada larangannya kah?" heran Nadya dengan wajah polosnya.
"Kata penilaian orang-orang, gw kasar, Nad. Gw pembuat onar, pembawa nasib buruk, makhluk nggak berguna, dan manusia sialan yang harusnya nggak usah hadir di dunia ini. Nggak ada gunanya juga gw hidup," kata Arga penuh tutur halus yang sebelumnya jarang dipakai oleh pemuda itu. "Gw sering bertanya-tanya, kenapa takdir mempertemukan kita. Kan, gw nggak cocok sama siapa pun."
Seluruh curahan Arga menghasilkan suasana yang hening dan sejuk karena angin yang berhembus.
Nadya tersenyum tipis. "Dengarkan aku, yang pantas menilai diri kamu bukan orang lain, tapi kamu sendiri. Kontrol dirimu itu, cuma ada sama kamu, bukan orang lain."
Ucapan Nadya sebagai balasan curahan Arga sontak membuat pemuda itu sedikit termangu dan memikirkan sejenak perkataan Nadya itu.
"Untuk bertahan hidup, bukan hanya perlu be yourself aja, tapi juga perlu be your better self.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...