53. ( VS Reindan HS ) ✔️

172 21 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 53. VS Reindan HS ✔️ ]


Memasang senyum di wajahnya adalah hal yang jarang Nadya lakukan sejak dulu. Kini, gadis itu sudah bisa tersenyum bahagia, membuat suasana terpuruknya seketika hilang tanpa jejak.

Ada saat di mana Nadya bergumam pada dirinya sendiri, kala di keramaian. Bagaimana jika aku mati, dan meninggalkan orang-orang yang sangat menyayangiku saat ini? Apa mereka akan sedih? Atau malah menertawakannya?

Ingatan memori Nadya yang buruk dari masa lalunya tak dapat dihapus hingga saat ini. Memang tidak bisa dihapus sampai kapan pun. Itu membuatnya merasa gila saat terkadang memikirkannya. Bukan hanya gila, pikirannya menjadi kacau, perasaannya tercampur aduk dan kadang kala ingin menangis secara tiba-tiba.

Dia sadar, hanya karena ada para polisi, ayahnya yang melindunginya sampai kapan pun, Frea yang pasti akan selalu menghiburnya kala sedih dan bahagia, serta geng SETA yang senantiasa ada untuk Nadya, belum tentu ia akan terus ada dalam zona nyaman sampai kelak dewasa nanti.

Setidaknya, yang Nadya inginkan hanya satu, ialah merasakan bagaimana rasanya bahagia bersama orang -orang yang dipercayanya, tanpa sedikit pun rasa emosional dan kecurigaan.

Aku harap, kebahagiaan ini nggak akan pernah hilang. Aku udah muak dengan kecurangan, penindasan, kecurigaan berlebihan, dan lainnya. Tetapi, apa pantas, aku ini mendapat kebahagiaan seperti ini? Rasa bimbangnya ini terus-terusan menghantui hati mungilnya.

Nona jangan khawatir, Frea ada di sini, nggak akan pernah Frea biarkan nona sedih! tekad Frea tersenyum hangat menatap Nadya seusai mengajarinya memegang supit.

Pak Bian menaruh supit spageti miliknya, kemudian mengelus kepala Nadya begitu lembut dengan wajah tulus sang ayah. "Anak ayah yang satu ini jelas sudah tumbuh dewasa ya. Anak ayah keren. Jangan kasih kendor buat kejahatan ya? Hati kamu itu banyak bersih, sayang kalo dikotorin sama kejahatan."

Nadya tersenyum bahagia pada sang ayah. Gadis itu lantas mengangguk. "Nadya mengerti, ayah."

Mata Pak Bian begitu berkaca-kaca, ia tidak percaya, anaknya yang satu ini bisa tumbuh menjadi gadis baik hati yang tidak enggan untuk membantu orang lain. Bagaimana pak Bian bisa mengetahui hal itu, padahal beliau belum pernah pulang ke rumah semenjak Nadya duduk di bangku SD.

Itu karena Frea. Tatkala Nadya sudah tertidur lelap sampai terkadang bermimpi buruk dan mengingau tentang Nayyara atau pun sang ibu, diam-diam Frea selalu menceritakan kebaikan Nadya yang dilakukannya setiap hari. Frea sangat mengangguk sosok Nadya. Baginya, seorang Nadya adalah inspirasi sempurna yang patut dicontoh.

Pak Bian yang kini sudah mengetahuinya hanya bisa tersenyum bangga seraya menatap anak kandungnya yang satu ini dengan mata berkaca-kaca. Walau pun ini belum hari kelulusan Nadya di SMA, ayahnya sudah sangat bangga dan seolah sudah berhasil mendidik anaknya ke jalan yang benar.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang