•••
•••
[ 75. ( .. ) ✔️ ]
Senyum dan tawa yang sedang terjadi sejak tadi, mendadak luntur secara perlahan.Rian yang tengah memegang kado miliknya sebagai hadiah ulang tahun Nadya, dengan wajah syok, tanpa sengaja menjatuhkan kado tersebut ke aspal. "Ng-nggak. Nggak lah! L-lu bohong 'kan, Ndra?" Rian terus menggelengkan kepalanya.
"Sorry, Ian. Kali ini gua serius," jawab Rajendra menundukkan kepalanya turut berduka.
Dengan wajah tertegun, semua orang lantas menatap Rajendra, terkecuali Arga yang menunduk murung membelakangi mereka semua.
Ayah Nadya yang tengah menelepon Frea untuk menyiapkan makan malam lantas terkejut sembari menoleh pemuda-pemuda yang bersamanya.
"Apa?" tanya Pak Bian dengan wajah yang begitu syok.
Semua perhatian pun tertoleh pada Pak Bian seorang.
"Tahanan remaja yang baru bapak tangkap tadi, adalah pelaku kasus tabrak lari Nadya Adzkiya, putri bapak." Jawab Rajendra membuat suasana semakin tegang.
Wajah Pak Bian sungguh tertegun seusai mendengar kabar mengenaskan mengenai putri kesayangannya, Nadya. Yang tewas petang ini, menjadi korban tabrak lari karena menolong seseorang. Sungguh perbuatan mulia yang merugikan diri sendiri dan hanya memikirkan orang lain.
"Maafkan kami semua, Pak, anak bapak jadi meninggal dunia." Ujar Rajendra membungkukkan badannya meminta maaf pada Pak Bian atas semua kesalahan yang tengah terjadi.
PRANG!
Suara piring pecah dari telepon Pak Bian terdengar.
"F-Frea? Kamu baik-baik saja?" tanya Pak Bian setelah mendengar suara pecahnya sebuah piring.
Perempuan bernama Frea itu langsung menutup telepon.
Dengan wajah syok yang tidak mau mempercayainya, tangisannya pun kini telah pecah begitu saja. "Nona?.. S-saya.. " Lirih Frea dengan tangisan sesenggukan. "Nggak.. Kenapa Anda pergi dengan cepat? Anda tau, saya sangat menyayangi Anda.. Nona kata hanya sebentar 'kan?! Kenapa jadi seperti ini?... "
🔷🔷🔷
Arga, Rajendra dan teman-teman mereka masing-masing pergi ke pemakaman umum setelah berhasil menangkap Farenn.
"By the way, tadi siapa yang telepon bokap Nadya? Gercep banget dah tu orang." Ujar Mahen bergumam di bawah pohon yang rindang dalam tempat pemakaman umum ini pada sahabatnya, Arzan.
"Rajendra," jawab Arga seraya berjalan melewati mereka berdua.
"Eh?" Rio dan Arzan tercengang seusai mendengar jawaban Arga. "Serius? Kok bisa?" Mahen bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...