61. ( Father ≥> ) ✔️

162 18 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 61. ( Father >> ) ✔️ ]


"Kamu harus tahu, hidup dalam lingkaran kebencian itu gak enak. Makanya ada yang bilang, kebencian itu hal yang kuat, bahkan ada yang lebih kuat dari benci, ada juga yang dari kata benci jadi dendam. Tapi keduanya itu sama-sama bentuk suatu emosional manusia, nak.

"Ayah ngerti kamu saat ini lagi hancur sehancur-hancurnya, dan juga sedang marah semarah-marahnya sampai kata benci keluar dari mulut mu 'kan?

"Iya ayah gak bakal ngerti, gimana rasanya rasanya kamu yang denger kayak gitu pada orang yang Nadya sayangi. Yang jelas, itu menyiksa. Menyiksaaa banget. Tapi, kebencian itu adalah emosi yang gak berguna. Kenapa? Karena kalo Nadya nanti udah tenggelam di dalam lingkaran kebencian, bakal sulit lepas dari sana.

"Banyak orang-orang yang bilang, manusia itu adalah mahkluk yang bengis dan kejam, jika kekuasaan dipegang oleh manusia. Makanya, Tuhan lah yang berkuasa, beliau yang mengatur semuanya. Nadya yang sekarang sakit banget rasanya ini, adalah bentuk dari Tuhan yang Tuhan kasih buat Nadya. Tuhan mau lihat, seberapa kuatnya lagi Nadya.

"Kalau Tuhan udah tahu sekuat apa Nadya, tuhan bakal kasih hadiah dari usaha Nadya. Dari usaha-usaha Nadya, yang dari bersedekah, beribadah, dan lainnya. Percayalah, itu akan berbuah nanti, nak. Jadi, jangan bersedih ya" Pak Bian tersenyum, kembali mengelus kepala Nadya.

Tiba-tiba Nadya meneteskan setetes air matanya. Gadis itu sungguh sangat merasa sebagai orang yang beruntung karena bisa memiliki sosok ayah seperti Pak Bian. Sebagai seorang ayah, Pak Bian pun lantas memeluk anaknya itu.

"Nadya juga harus ingat, melukai diri sendiri itu gak boleh. Kedepannya, jangan kayak gini lagi ya?" Ucap Pak Bian sambil memeluk Nadya.

"Iya.." lirih Nadya sambil mengeluarkan air matanya.

"Ayah sayanggg banget sama Nadya."

🔷🔷🔷

Di siang hari indah dan sedikit terik, Arga dengan kaus tipis tengah berada di rumahnya, bersantai merebahkan tubuhnya pada kursi kolam renang di tepi dekat kolam renangnya, dengan menggunakan kacamata hitam untuk tidak terkena silauan sinar matahari yang terik.

Arga bersantai di sana bersama petinggi SETA lainnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang