65. ( : ) ✔️

149 19 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 65. ( : ) ]

"Beres, bos" lirih seseorang berbincang pada temannya. Namun, Bu Karin tak melihatnya, melainkan hanya mendengar saja dari kamarnya yang berada di lantai satu.

Sontak, Bu Karin langsung terdiam dan mencoba mendengarkan lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi, setelah ia tunggu selama sekitar tujuh menit tak terjadi apa pun. Akhirnya, Bu Karin langsung keluar membawa sampahnya dengan waspada.

Namun, ketika Bu Karin hendak membuang sampah di tong sampah di deket apartemennya, ia terkejut melihat jasad Widya tergeletak dingin, pucat dan penuh darah dari perutnya yang terkena tembakan peluru. Darah itu sudah mulai mengering di dekat tong sampah apartement, berserakan, dan merembas di tempat.

"AAAAAAA!!" teriakan Bu Karin di tengah keheningan sampai terdengar ke dalam ruangan Bu Yura berada, yaitu lantai enam.

Bu Yura yang sedang meneguk teh hangat pagi-pagi mendengarnya pun langsung terkejut. Dengan terburu-buru, ia pergi keluar ruangan dan menghampiri tetangganya yang teriak histeris di dekat tong sampah itu.

"Hosh hosh," nafas Bu Yura terengah-engah seraya menatap Bu Karin, "Ada apa, Bu? Kok teriak?"

"I-ituu!..." Bu Karin menunjuk ke arah sesosok jasad yang tergeletak di dekat tong sampah itu dengan telunjuknya yang gemetar hebat karena saking syoknya.

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM!" terkejut Bu Yura langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya melebar karena melihat anaknya sendiri dengan keadaan dingin, membusuk yang mengenaskan.

Bu Karin yang sempat membawa hpnya di saku celananya langsung mengeluarkannya untuk menelepon pihak berwajib.

Warga-warga yang tinggal di apartemen langsung keluar dari ruangannya masing-masing karena mendengar teriakkan Bu Karin begitu histeris terdengar sangat ketakutan di heningnya suasana menjelang terbitnya matahari ini.

FLASHBACK OFF

"Nadya!" Bu Yura menggenggam tangan Nadya secara tiba-tiba, "maafin ibu ya, maaf..."

"Untuk apa, Bu?" tanya Nadya yang tidak mengingat seluruh kejahatan Bu Yura pada Nadya.

Bu Yura merasa tidak enak hati. Bahkan, Nadya tidak mengingat kesalahannya saat ia masih bersikap tidak baik pada Nadya.

"Kenapa kamu melupakan kejahatan ibu sama Widya?"

"Saya bukan melupakannya, tapi saya tidak akan pernah mengungkit kejahatan seseorang, apalagi tidak mau memaafkannya," jawaban Nadya itu sukses membuat Bu Yura tersenyum sendu. "Memaafkan itu memang mudah, tapi melupakan tidak mudah, Bu."

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang