71. ( ?! ) ✔️

134 17 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 71. ( ?! ) ✔️ ]

"Dih," Rian mencibir melirik sinis Farenn.

"Cuma karena adu domba Widya adik lo yang licik itu, lo sampai bunuh nyokap Nadya? Wah, gila banget sih lo, Renn," ujar Arzan bertepuk tangan seraya menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"HEH SIALAN! TURUN LO SINI!" tegas Farenn menyuruh Nadya turun dari lantai tiga.

Nadya memutar bola matanya malas, kemudian berbalik badan menuju tangga untuk turun ke lantai satu.

"LO LICIK! LO PENINDAS! BERANI BANGET LO GALI MASALAH KELUARGA GUA!"

Nadya yang tiba di lantai satu lantas membalas. "Aku bukan menggali masalah keluarga kalian, aku hanya nggak sengaja mendengar, masalah Widya sampai sepuluh orang bisa dia jadikan budak dan ditindas habis-habisan."

"PRIVASI YA TETAP PRIVASI, ANJING!"

"Lalu kamu fikir, dengan kamu menjadi stalker, menjaga privasi aku!?"

"Kenapa dia harus menjadi stalker hanya untuk membuat Nadya menderita karena adiknya ditindas? Bukannya ada cara lain yang lebih baik? Kayak bicarakan pelan-pelan, gitu?" Aldo menyilangkan kedua tangannya bingung seraya bertanya sesuai yang ada dalam benaknya itu.

"Awalnya, dulu gua mulai suka sama lo, Nad. Tapi, setelah gua dengar cerita Widya, gua jadi membenci lo seumur hidup, Nad." Ujar Farenn dengan nada dinginnya. "Apa salahnya menjadi stalker? Dengan cara itu, gua bisa dapat informasi menyeluruh tentang semua keluarga lo, Nad. Gimana? Hebat 'kan? Selain itu, bukannya dulu, lo juga stalker-in gua?"

"Siapa yang mengarang semua itu padamu?" tanya Nadya.

"Lo salah. Gw yang dulu stalker lo, Renn." Sela seorang gadis dari gerbang pintu masuk berjalan cepat menuju Farenn. "Jangan fikir, saudara kembar gw yang ditindas sama adik lo, gw bakal diam aja. Untungnya gw bertemu Endra, jadi bisa membongkar semua kebusukan lo sekarang!"

"Nay, lo udah tau?" tanya Rajendra.

"Sedikit," jawab Nayyara memicingkan sedikit matanya.

"Tau apa?" tanya Arga berbalik badan melirik Nayyara dan Rajendra bergantian.

"Selama ini, Endra nggak pernah main kotor. Dia melakukan semuanya biar musuh lengah dan menusuknya begitu waktunya tepat," jelas Nayyara sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Keren kan cowok gw?"

Rajendra melirik Nayyara dengan heran karena kalimatnya di akhir membuat pemuda itu ambigu.

Arga termenung sejenak dengan wajah yang masih syok dengan kenyataannya. "Benar begitu, Endra?"

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang