42. ( () ) ✔️

178 20 3
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 42. ( () ) ✔️ ]


"Kamu marah?" tanya Nadya.

Arga menggeleng. "Kalo ada Rian kagak."

🔷🔷🔷

Jam pelajaran pertama di SMA Taruya pun kini sudah berbunyi. Semua murid di lorong pun langsung berlari menuju ke kelasnya masing-masing karena tak ingin terlambat tiba dikelas sebelum guru masuk.

Sementara itu. Nadya dan Arga yang baru saja sampai di kelas lima menit yang lalu sebelum bel, terlihat santai, sebelum Pak Gio—wali kelas 10-A tiba bersama seorang wanita muda di belakangnya.

"Ekhem," deham Pak Gio. "Selamat pagi, hari ini bapak ada pengumuman. Mulai hari ini, kalian punya guru baru yang akan menggantikan saya untuk beberapa bulan. Jadi, mohon hormati dia seperti kalian menghormati saya. Kalian mengerti?"

"Mengerti, Pak!" sahut semua murid di kelas 10-A ini.

"Silahkan, Bu, perkenalkan dirinya," ujar pak guru mempersilahkan guru baru itu untuk memperkenalkan diri.

"Iya, Pak." Wanita itu mengiyakan dengan sangat sopan pada pak Gio. "Baiklah, anak-anak semuanya, saya-lah yang akan menggantikan posisi pak Gio, seperti yang beliau katakan sendiri," ucapnya guru baru itu pada se-isi kelas 10-A.

"Pak Gio siapa?" tanya Mahen dengan polos dan lantangnya.

"Oh pinter, nanya, anying! Pak Gio wali kelas kita, setan!" Arzan menjawab Mahen dengan ketus.

"Kok gue baru tau, jir?!"

"Pak Tama ae kek, yaelah, su!" sahut Rian membuat Mahen tersenyum kecut.

"Kok pak Tama?" kini gantian, justru Arzan yang bertanya.

"Nama Pak Gio itu, Pak Gio Pratama. Si Mahen sering nyebutnya Pak Tama, bukan Pak Gio," jelas Zidan membuat Arzan manggut-manggut mengerti.

"NANYA LAGI?!" ketus Rian begitu emosian.

"Iya enggak, udah," pasrah Arzan sembari sedikit cemberut. "Kerjaan lo nge gas mulu, Ian," gumam Arzan mengomel.

"GUE DENGER YA, SAT!"

"AMPUN!"

Mahen tersenyum miring. "Lo nggak bisa berkutik pakai cara roasting lo sama Petinggi SETA ya, Zan? Payah!"

Arzan berdecak. "Emang lo bisa?"

"Jelas dong! Nggak bisa."

"Bego!" maki Arzan. "Harapin aja tuh MANTAN kesayangan lo balik dari KorSel."

"Diem lo! Dia pinter, makanya llangsung kuliah ke KorSel!"

"Palingan kepicut sama oppa-oppa Korea."

Mahen bombastic side eye pada Arzan, "MAU GUE RATAIN WAJAH LO!?" ancam Mahen.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang