67. ( ←/→ ) ✔️

147 16 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 67. ( ←/→ ) ✔️ ]


"Iya dong. Dedek Nanadnya bang Ian nggak boleh ditinggalin."

Sebenernya, kalau gue nggak ngikutin Nanad juga, gue bisa remuk sama Arga nih! Rian menangis dalam batinnya.

"Dion juga! Lu di barisan depan!" titah Rian.

"Okee!" Dion mengangguk.

"READY??" Rian kembali berseru, "GO!!" Mereka semua pun sontak menarik gas motor dan meluncur ke berbagai tempat untuk mencari keberadaan Arga.

🔷🔷🔷

Rian dan yang lainnya terus mencari keberadaan Arga dan Robin yang entah ke mana. Tanpa henti, mereka terus berusaha dengan berbagai cara yang sederhana. Menanyakan pada warga sekitar, melihat sana-sini dengan teliti, dan sebagainya. Namun, berbagai cara yang dilakukan, hasilnya sama-sama nihil. Tidak ada warga yang mengetahuinya. Juga, tidak ada jejak dari mereka berdua yang tertinggal.

Tatkala Rian dan yang lainnya di tengah perjalanan di gang yang sepi, sebuah motor besar menghentikan motor mereka semua.

"Apa sih! Siape lu?!" omel Rian sembari melepas helmnya.

Pemuda yang menghadang itu lantas melepas helmnya. Ternyata, lelaki tersebut adalah Robin. Seusai mengetahui hal itu, semuanya lantas tertegun hebat menatap Robin.

"Ro-Robin!? Lu ke mana aja, anjir?!" tanya Rian.

"Kalian, ikut gua sekarang." Tukas Robin turun dari motornya kemudian berjalan menuju suatu tempat bersama yang lainnya.

Tatkala sudah tiba. Robin berhenti di tepi sungai, kemudian menatap tanah yang sedikit mempunyai bekas bercak darah, seperti diseret seseorang.

"Da-darah siapa ini, Bin?" tanya Rian dengan gagap karena begitu cemas. "Jangan-jangan.... Nggak. Nggak mungkin darah Arga ‘kan?" duga Rian sembari menggeleng tidak mau percaya.

Robin menudingkan jari telunjuknya ke sebuah gelang yang terjatuh di tanah.

"Itu... Gelang siapa?" tanya Rian menoleh Robin dengan mata sedikit berkaca-kaca.

"Dulu, sebagai tanda pertemanan gua dan Arga, gua ngasih dia sebuah gelang. Dan gelang itu, adalah gelang yang sekarang lagi gua tunjuk."

"T-tapi gue kagak pernah lihat dia pakai kalung, Bin! Palingan... Palingan dia simpan di rumah ‘kan?" Rian terus berusaha menolak.

Robin menggeleng masih menuding kalung itu menggunakan telunjuknya sembari tertunduk. "Dia jarang memakainya, dia selalu menaruh di saku jaketnya."

Rian yang mendengar itu, lantas langsung meneteskan air matanya. Semua teman-teman Arga spontan menoleh Robin dan Rian yang tertunduk sedih mengernyitkan keningnya.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang