70. ( ?? ) ✔️

127 15 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 70. ( ?? ) ✔️ ]

Sebuah peluru pistol menebus salah satu tangan dan kaki Paman Gerald. Pria itu lantas meringis kesakitan sembari bertekuk lutut karena kakinya tertembak peluru dan tidak dapat berdiri. Pistolnya kini terjatuh.

"Lapor, buronan 098, berhasil dilumpuhkan." Ucap seorang pria dari kejauhan di belakang Paman Gerald pada sebuah walkie talkie.

"Baik, nice work." Balas suara pria yang ada di walkie talkie itu.

"Saya harap Anda menyerah saja, buronan 098, atau bisa kita sebut Tuan Gerald?" sela seorang pria dari arah seberang Paman Gerald berjalan santai sembari memeriksa senjatanya itu, ialah pistol.

"K-KAU!" seru Paman Gerald terkejut seusai mengetahui siapa pria yang sedang berjalan ke arahnya saat ini sembari menahan rasa sakit pada satu tangannya dan kakinya itu.

"Iya. Saya, Bian Atalla Aryabtha, Kepala Polisi di Kota ini yang banyak orang-orang kenal. Dan saya, adalah orang yang ditugaskan turun tangan langsung atas kasus penangkapan Anda oleh markas saya, Tuan Gerald."

Arga dan Nadya yang melihat Pak Bian bisa berada di sini sontak terkejut seketika.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Nadya, Arga," ucap Pak Bian menoleh Nadya dan Arga dengan wajah ramahnya. "Kalian baik-baik jaga diri ya. Jangan sampai marabahaya menimpa kalian terus. Nggak baik."

Nadya dan Arga lantas mengangguk mengiyakan pesan Pak Bian.

"Kalian cepat tinggalkan tempat ini. Menjauh, dan jangan kembali lagi ke sini. Kalian tahu betul, bagaimana sifat balas dendam manusia ‘kan?" pesan Pak Bian berhasil membuat Nadya dan Arga merenungi ucapan itu sejenak. Mereka berdua sontak berbalik badan, berlari menjauh dari gedung apartement ini.

Pak Bian tersenyum seusai melihat Arga dan Nadya pergi dari gedung ini dengan selamat.

Tatkala Arga dan Nadya berjalan cepat keluar gedung, lelaki itu menanyai hal yang membuat Nadya bertanda tanya besar. "Oi, kapan lo panggil Pak Bian? Bagus. Best timing banget!" tanya Arga dengan wajah ceria dan kagumnya.

Nadya menggeleng.

Arga yang tersenyum ceria mulai memudar seketika. "Loh, kenapa menggeleng?"

"Aku nggak memanggil ayah ke sini," kata Nadya.

"Apa?" Arga dengan wajah syok terkejut.

🔷🔷🔷

Dihari esoknya, pelajaran sekolah di SMA Taruya berjalan seperti biasa. Tetapi, tatkala jam istirahat tiba, ada seorang pemuda yang berjalan ke tengah lapangan menggunakan hoodie hitam dan tudungnya. Dua detik kemudian, suara tembakan berbunyi di tengah lapangan, membuat semua murid SMA Taruya menoleh ke arah lapangan.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang