•••
•••
[ 2. ( ? ) ✔️ ]
Nadya hanya melirik Mahen sembari mengernyitkan keningnya begitu heran dengan sikap mereka yang sangat tidak menerima kehadirannya.
Lelaki ber-hoodie hitam itu tertawa kecil dengan senyum miringnya. "Emangnya apa sih yang lo harapin dari sekolah busuk ini, hah? Nggak ada gunanya! Pikir pakai otak! Sekolah SMA Taruya ini, cuma untuk anak-anak murid yang terbuang! Sayang banget, cewek cantik kayak lo harus berakhir di sekolah busuk ini."
"Berhenti bersikap seolah kamu tau segalanya." Nadya memberikan tatapan yang sangat yakin kepada lelaki ber-hoodie hitam itu. "Aku menghargai SMA ini, sama halnya juga dengan kalian semua."
Laki-laki ber-hoodie hitam itu melengos seraya memutar bola matanya malas. "Tau nggak? Jawaban lo itu, bikin gue makin benci sama lo! Emangnya lo nggak tau siapa gue, hah?"
Nadya menggeleng sesuai hatinya menjawab apa.
"Pantes bdgo," umpat pemuda hoodie hitam itu. Sangat disayangkan, wajahnya yang ternyata tampan itu malah dirusak oleh attitude-nya yang sangat buruk. "Terserah! Cemen lo jadi cewek." Pemuda itu terus memaki, ia pun langsung berjalan angkuh keluar kelas.
"Hen, Mahen," Arzan memanggil sahabat karibnya itu dengan berbisik.
"Oi?" sahut Mahen menoleh pada Arzan.
"Itu, nekat juga tuh anak pindahan bikin ketua emosi," bisik Arzan membuka bahan gosip.
"Iya, coy, malah gue yang ngeri nih!" ujar Mahen membalas.
🔷🔷🔷
Sepulang sekolah, semua murid pun lekas bergegas untuk melesat pulang ke rumah masing-masing. Lelaki ber-hoodie hitam tadi nampaknya bolos selepas Nadya melawan perkataannya terus tadi. Nadya saat ini sedang merapikan peralatan tulisnya yang ada di atas mejanya, kemudian memasukkannya ke dalam tas.
Tertampak di sana masih ada Mahen dan Arzan yang duduk di atas meja guru sembari berbincang-bincang. Sungguh tidak punya sopan santun sama sekali. Tidak mempedulikan mereka berdua, Nadya langsung bergegas keluar kelas menggendong tasnya di belakang punggung.
"Eittss, NADYA NADYAAA! Wait dong, kita berbincang dulu yuk. Sebentaarrr aja. Oke?" Mahen dengan rayuannya menarik pergelangan tangan Nadya untuk mencegah gadis itu kembali berjalan keluar kelas.
"Berbincang apa?" tanya Nadya menoleh ke belakang.
"Apa aja kek," kata Mahen memplesetkan jawabannya. "Pokoknya, ayo sini dulu deh." Mahen menarik tangan Nadya dan menuntunnya duduk di sebuah kursi paling depan, tepatnya depan meja guru.
"Arzan!" panggil Mahen yang seakan sedang merencanakan sesuatu.
Mendadak Arzan menarik tangan Nadya ke belakang punggung kursi, lalu mengikat tangan gadis itu dengan tali yang kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINGAN LANGKAH
Teen Fiction"𝘼 𝙂𝙄𝙍𝙇 𝙒𝙄𝙏𝙃 𝙃𝙀𝙍 𝘾𝙊𝙐𝙍𝘼𝙂𝙀" ⚠️ 𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚! Terdapat kata-kata kasar, pembunuhan, penindasan/bullying, misteri, depresi, teka-teki dll > blm revisi sepenuhnya. "Aku akan mencoba nggak takut. Semua orang di dunia ini pada dasarny...