28. ( [ F ] ) ✔️

195 28 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

[ 28. ( [ F ] ) ✔️ ]


Mendengar pertanyaan Nadya yang jika dijawab akan keterbalikan dengan perlakuannya pada Nadya, ia memilih untuk tertunduk diam tidak mau menjawab apa-apa oleh Nadya.

"Kenapa diam?" tanya Nadya menggoyangkan sedikit bahu Nayyara.

"Hah! Bacot!" ketus Nayyara menepis tangan Nadya dengan kasar. "Jangan karena hal ini, lo fikir gw sayang sama lo! Nggak! Camkan kata-kata gw ini dari dalam otak kecil lo itu dan lubuk hati lo, GW BENCI SAMA LO!" tegas Nayyara membentak Nadya.

Mendengar suara ribut-ribut, warga sekitar langsung berkerumun melihat apa yang tengah terjadi.

"Kamu serius, Nay?" tanya Nadya yang sedikit tertunduk murung.

"Gw nggak main-main sama lo. Gw, benar-benar benci lo seumur hidup! Mungkin lebih baik gw nggak usah bertemu lo dan nggak usah menolong lo tadi!"

Katanya, perkataan itu bagai pisau, yang bisa menusuk dan meninggalkan luka. Perkataan seorang teman memang menyakitkan, lantas, bagaimana jika seseorang yang kita sayangi mengatakan bahwa mereka sangat membenci diri kita? Rasa hancur, rasa kecewa, perasaan tidak ingin kehilangan sejenak muncul dan mengisi di hati.

"Gw, nggak sudi punya saudara kayak lo!" pungkas Nayyara bangkit dan meninggalkan Nadya yang tengah duduk di tepi jalan raya termenung murung menundukkan kepalanya teduh.

Dia tidak menangis, kesal pun tidak, ia hanya tertunduk murung dengan tatapan sendu. Hati, fikiran, dan perasaan sedang hancur. Seseorang yang tengah ia bela terus lebih dari yang lain, malah memperlakukannya seperti ini pada dirinya sendiri.

"Ada apa ini ramai-ramai?" tanya Farenn menyelip di antara warga ingin melihat apa yang sedang terjadi. "Pak, maaf ini ada apa ya?" tanya Farenn pada salah seorang warga yang ikut berkerumun.

"Oh, ini, dek, ada yang hampir kecelakaan tertabrak truk, lalu ditolong seseorang yang wajahnya persis korban. Tapi yang nolongin korban tiba-tiba membentak si korban. Warga-warga lain pada ngumpul karena suara bentakkannya, dek." Jawab bapak-bapak yang ditanyai oleh Farenn.

"Ohh, begitu ya. Ah ya, pak, terima kasih."

Bapak itu pun mengangguk kemudian pergi dari kerumunan itu.

Farenn pun kembali menyelinap di antara warga untuk melihat siapa yang ada di tengah kerumunan itu. Seusai Farenn tahu siapa yang ada di dalam keramaian ini, ia langsung mendekati gadis itu.

"Hai, lo yang sama Arga ‘kan?" tanya Farenn berjongkok mendekati Nadya.

"Kamu siapa?" tanya Nadya mengangkat kepalanya menatap Farenn.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang