64. ( W?! ) ✔️

155 17 0
                                    

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

[ 64. ( W?!) ✔️ ]

"Jadi? Ini mayatnya mau kita apain?" tanya Nayyara menunjuk Widya yang sudah tergeletak tak akan pernah bisa membuka matanya lagi untuk selamanya.

"Buang di depan gedung Apartemen nyokap-nya. Akan ada kejutan besar untuk Arga dan Nadya," Rajendra tersenyum licik.

Nayyara membalas senyum licik Rajendra itu juga. "Lo selalu bikin kejutan ya buat saudara kembar gw."

"Tentu saja. Sekalian, gua juga punya rencana buat hilangin nyawanya. Lo mau tau?"

"What?!"

🔷🔷🔷

Di esok pagi yang cerah, Nadya bangun dari tidurnya. Gadis itu pun merengangkan otot-ototnya sehabis tertidur pulas tadi malam.

Nadya sedikit terkejut ketika melihat Frea sedang memakan sarapan. Menghilangkan rasa canggung, Nadya menyapa, "pagi, Frea."

"Pagi, nona!" jawab Frea ceria yang duduk di kasur sedang sarapan.

"Kamu kenapa sarapan di sini? Ada apa dengan meja makan di dapur?" tanya Nadya penasaran.

"Ouh, itu, non, di dapur udah penuh."

Jawaban Frea itu membuat Nadya dalam benaknya bertanya-tanya. "Hah? Penuh? Penuh kenapa?" tanya Nadya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Teman-teman nona sedang sarapan," jawab Frea dengan wajahnya yang tampak lugu.

"What?!" terkejut Nadya. "Me-mereka menginap?! Kok aku nggak tau?"

Frea mengangguk. "Iya, soalnya nona tidur jam delapan malam. Mereka niatnya pulang jam sembilan. Tapi, karena Tuan Bian melihat hari sudah larut, akhirnya mereka disuruh menginap semalam di sini." Jelas Frea pada Nadya.

Nadya kini telah mengerti perkataan Frea itu, gadis itu pun manggut-manggut. Lantas ia langsung keluar dari kamar hendak mengambil sarapannya.

"Pagi, sayang," cetus Arga dengan senyum genitnya.

"Heh kampret! Gelut sini!" celetuk Rian.

"Gak mau, nanti ayangku gak suka"

"GELI GUE BANGS- huft..." celetuk Rian emosian namun ditahan dengan menghela nafasnya dalam-dalam karena di sana ada Pak Bian. Rian berfikir untuk bertata krama yang baik di hadapan Ayah Nadya untuk layak dijadikan kakak tiri.

Nadya pun berjalan ke dapur mau mengambil sarapannya. Benar saja, dapur dan ruang tamu ramai akan teman-teman Arga yang sedang menginap di sana. Pak Bian yang duduk di sofa sambil menonton berita tv dan makan sarapannya hanya bisa tersenyum melihat teman-teman Nadya yang benar-benar berniat baik menghibur anaknya.

KEPINGAN LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang